PANDEMI belum usai sama sekali, walaupun dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2020 dan 2021, keadaan sekarang ini jauh lebih ringan.
Banyak negara mulai mengendurkan protokol kesehatan, beberapa negara sudah menyatakan Covid-19 sebagai endemi (wabah lokal), bukan pandemi (wabah global).
Di Indonesia pun demikian. Mobilitas warga kembali seperti keadaan sebelum wabah berjangkit.
Ibadah bersama yang dibatasi selama dua tahun terakhir, mulai dapat dilakukan seperti sebelum pandemi.
Memakai masker tetap diwajibkan, namun kini sudah menjadi kebiasaan, bukan keterpaksaan.
Namun tidak demikian di Tiongkok. Pemerintah masih terus melakukan lockdown (penguncian wilayah) di beberapa kota metropolitan. Di antaranya adalah Xi’an, Shenzhen dan yang terbaru Shanghai.
Xi’an yang berada di bagian barat berpenduduk 13 juta jiwa. Shenzhen, di pantai timur, 17,5 juta jiwa, dan merupakan kota ketiga terbesar di Tiongkok.
Adapun Shanghai, juga di pantai timur, dengan penduduk 26 juta jiwa, adalah kota kedua terbesar setelah Beijing.
Masing-masing kota ditutup dari keluar masuknya kendaraan selama sedikitnya seminggu di masing-masing kota itu.
Sebelumnya, saat Covid-19 merebak untuk pertama kali pada awal 2020, pemerintah juga me-lockdown Wuhan dan beberapa kota lain.
Berbeda dengan kebanyakan negara lain, China sejak awal mengadopsi “Zero-Covid Strategy”, atau strategi “Sikat Habis Covid”.
Strategi ini dilaksanakan dengan cara penutupan wilayah secara ketat, pengetesan secara masif, dan perawatan secara intensif. Intinya setiap ada kasus langsung dikepung agar penjalarannya dapat dihentikan seketika.
Strategi Zero-Covid ini telah membuat China berhasil menekan kasus infeksi dan jumlah kematian.
Total kasus saat ini (16/4/2022) sebesar 124 orang per 1 juta penduduk (Worldometers.info), jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat (246.000), atau rata-rata dunia (65.000).
Jumlah kematian pun sedikit (3 orang per 1 juta penduduk), jauh lebih sedikit dari AS (3.000), atau rata-rata dunia (798).