Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Isnandar
Mahasiswa PGSD Paramadina

Mahasiswa Graduate School of Diplomacy Universitas Paramadina, pegiat export.
YouTube: Kareem International

Kasus Ade Armando dan Mandulnya Keterwakilan Politik

Kompas.com - 12/04/2022, 08:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBUAH shock bagi kita menyaksikan seorang peserta demo seperti Ade Armando dihakimi oleh sesama peserta demo lainnya sampai babak belur seperti itu.

Terlepas sejalan atau tidak dengan pemikiran dan posisi yang sering diambil Ade Armando (penulis lebih sering berpikir berseberangan dengan beliau), tetapi peristiwa yang dialami oleh Ade Armando tetap tindakan yang tidak seharusnya terjadi di alam demokrasi dan peradaban yang bermartabat.

Ade Armando terjebak atau menjebakkan dirinya bergabung dengan massa yang seharusnya beliau sadar, adalah massa yang sering kali berseberangan haluan dengan posisinya selama ini.

Ade Armando mungkin terlalu percaya diri, dengan posisinya yang menentang usulan perpanjangan jabatan presiden menjadi tiga kali dan penundaan pemilu, maka dia akan mudah diterima oleh massa yang lama sekali menjadi lawan dia.

Egaliterianisme Ade Armando terimplementasikan secara berlebihan.

Banyak kritikan terhadap massa pendemo atas tindakannya terhadap Ade Armando. Tapi mari kita lihat lebih mendalam, sebab musabab semua ini.

Tahun-tahun kebelakang, kita menyaksikan mandulnya fungsi lembaga perwakilan politik resmi (DPR & DPD).

Kita jarang sekali melihat riuhnya perdebatan antara sesama anggota Dewan terhadap suatu isu atau kebijakan.

Anggota Dewan periode ini cenderung menjadi pendukung apapun kebijakan yang diambil pemerintah, karena memang hampir semua partai saat ini ada di barisan pemerintah.

Lembaga perwakilan politik kita saat ini kekurangan satu fungsi utama di dalamnya; OPOSISI.

Selama ini kita seperti menikmati dan bangga dengan situasi selalu ‘guyub’ dan kompaknya DPR dan pemerintah, yang tanpa hiruk pikuk protes dari oposisi di parlemen.

Musibah yang menimpa Ade Armando harusnya menyadarkan kita semua, bahwa oposisi yang berisik kritis dan cerewet, itu sangat diperlukan oleh bangsa.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang unik. Manusia memiliki sifat malaikat, sekaligus sifat iblis dan sifat binatang di dalam dirinya.

Peradaban manusia diwarnai perselisihan antarmanusia itu sendiri, yang di zaman dahulu seringkali diselesaikan dengan cara kekerasan, perang.

Lalu kemudian peradaban manusia semakin membaik, dan lahirlah banyak aturan, lembaga-lembaga yang disepakati bersama sebagai arena pertarungan resmi bagi manusia.

Pertarungan yang mengesampingkan senjata dan mengedepankan perdebatan. Pertarungan kata-kata dan olah pikiran.

Konflik antara manusia berubah bentuk dari penyelesaian otot atau perang, menjadi penyelesaian melalui argumentasi.

Pada titik ini, kita harus bersyukur sebagai makhluk Tuhan, kita diberikan berkah tak terhingga, kemampuan unik yang tidak dimiliki makhluk Tuhan lainnya, yaitu menyelesaikan persaingan sesama dirinya melalui argumentasi.

Dan negara modern memiliki arena resmi untuk beradu argumentasi itu, yaitu lembaga perwakilan, DPR, DPRD dan DPD.

Malah kemudian ditambah lagi dengan hadirnya media, dan juga di ranah akademis. Ini sejatinya adalah capaian tinggi peradaban manusia.

Sebuah kanal resmi dan dibiayai oleh manusia itu (negara) sebagai wadah untuk mereka bersaing satu sama lain, melepaskan sifat natural dalam dirinya untuk bertarung, menguasai dan menaklukkan satu sama lain, dengan cara yang elegan dan bermartabat.

Tidak perlu lagi diselesaikan dengan cara otot dan perang.

Anggota-anggota lembaga perwakilan politik sejatinya adalah petarung resmi dan diperbolehkan dalam tatanan negara dan masyarakat untuk menjadi Wakil dari masyarakat pemilihnya untuk bertarung, berdebat, saling menjatuhkan argumen lawan bicaranya.

Bahkan para petarung ini dibayar oleh negara, diberikan semua fasilitas yang wah. Karena para anggota ini adalah kanal penting untuk menyerap energi dan ego dari banyak masyarakat yang diwakilinya, untuk dilepaskan dalam ruang-ruang resmi perdebatan di ruang Dewan.

Lalu apa yang terjadi jika jalur resmi untuk melepaskan energi dan ego dari setiap anggota masyarakat ini mandul dan mampet?

Sementara jalur-jalur lainnya seperti media juga mampet atau mungkin dibungkam. Dan bermunculan jalur-jalur baru dan tidak resmi yang menamakan dirinya pegiat media sosial yang kadang lebih vokal dibanding si jalur resmi.

Ketika semua kanal resmi bagi masyarakat untuk menyampaikan pandangannya, protesnya, perbedaan visinya ini mampet, maka energi itu akan tersimpan di dalam, tidak akan hilang.

Dan semakin disimpan, bahkan dihimpit lagi dengan tekanan lainnya, energi itu akan membesar dan kita harus pahami dasar hukum alam (Fisika) di sini.

Energi tidak diciptakan dan dimusnahkan, dia hanya akan berganti bentuk. Dan mampetnya kanal resmi pelepasan energi ini, akan membuat energi meledak dan tumpah ke jalan. Seharusnya hal ini kita bisa mengerti dengan baik.

Bahwa manusia itu akan selalu berbeda, dan lembaga perwakilan resmi adalah lembaga bermartabat yang kita sepakati bersama sebagai wadah pelepasan energi ini. Hidup kita akan indah.

Anggota masyarakat akan tenang dan menikmati, menyaksikan perdebatan-perdebatan bermutu dari anggota Dewan yang mewakili suara mereka, sambil menikmati gorengan di warung-warung, sesekali menimpalinya dan ikut memindahkan riuh rendah perdebatan di Dewan ke warung kopi mereka.

Tidak akan perlu turun ke jalan kalau kanal itu tidak mampet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com