SEBUAH shock bagi kita menyaksikan seorang peserta demo seperti Ade Armando dihakimi oleh sesama peserta demo lainnya sampai babak belur seperti itu.
Terlepas sejalan atau tidak dengan pemikiran dan posisi yang sering diambil Ade Armando (penulis lebih sering berpikir berseberangan dengan beliau), tetapi peristiwa yang dialami oleh Ade Armando tetap tindakan yang tidak seharusnya terjadi di alam demokrasi dan peradaban yang bermartabat.
Ade Armando terjebak atau menjebakkan dirinya bergabung dengan massa yang seharusnya beliau sadar, adalah massa yang sering kali berseberangan haluan dengan posisinya selama ini.
Ade Armando mungkin terlalu percaya diri, dengan posisinya yang menentang usulan perpanjangan jabatan presiden menjadi tiga kali dan penundaan pemilu, maka dia akan mudah diterima oleh massa yang lama sekali menjadi lawan dia.
Egaliterianisme Ade Armando terimplementasikan secara berlebihan.
Banyak kritikan terhadap massa pendemo atas tindakannya terhadap Ade Armando. Tapi mari kita lihat lebih mendalam, sebab musabab semua ini.
Tahun-tahun kebelakang, kita menyaksikan mandulnya fungsi lembaga perwakilan politik resmi (DPR & DPD).
Kita jarang sekali melihat riuhnya perdebatan antara sesama anggota Dewan terhadap suatu isu atau kebijakan.
Anggota Dewan periode ini cenderung menjadi pendukung apapun kebijakan yang diambil pemerintah, karena memang hampir semua partai saat ini ada di barisan pemerintah.
Lembaga perwakilan politik kita saat ini kekurangan satu fungsi utama di dalamnya; OPOSISI.
Selama ini kita seperti menikmati dan bangga dengan situasi selalu ‘guyub’ dan kompaknya DPR dan pemerintah, yang tanpa hiruk pikuk protes dari oposisi di parlemen.
Musibah yang menimpa Ade Armando harusnya menyadarkan kita semua, bahwa oposisi yang berisik kritis dan cerewet, itu sangat diperlukan oleh bangsa.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang unik. Manusia memiliki sifat malaikat, sekaligus sifat iblis dan sifat binatang di dalam dirinya.
Peradaban manusia diwarnai perselisihan antarmanusia itu sendiri, yang di zaman dahulu seringkali diselesaikan dengan cara kekerasan, perang.
Lalu kemudian peradaban manusia semakin membaik, dan lahirlah banyak aturan, lembaga-lembaga yang disepakati bersama sebagai arena pertarungan resmi bagi manusia.