Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

Pekerjaan Rumah Semua Agama

Kompas.com - 10/04/2022, 16:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Islamofobia ini bukan gejala baru. Ini sesuatu yang sudah lama mengendap, bahkan sebagai mentalitas di kalangan masyarakat nonmuslim di berbagai belahan dunia. Bahkan sudah pula dimapankan, kurang lebih, dalam wacana keagamaan mereka di lingkungan-lingkungan nonmuslim itu," kata Gus Yahya menegaskan.

Dalam keyakinan Gus Yahya, idiom Islamofobia tersebut, bersifat lokal di lingkungan nonmuslim.

Ia kemudian menyinggung diktum kafirofobia di lingkungan umat Islam.

"Di sisi lain sebetulnya kita harus akui juga dari kalangan Muslim ada juga kafirofobia. Dan kafirofobia ini mengendap juga sebagai mentalitas di kalangan umat Islam. Bahkan juga masuk di dalam wacana dan ortodoksi keagamaan di lingkungan Islam," kilah Gus Yahya.

"Kalau saya sebut kafirofobia, ini bisa kepada siapa saja yang nonmuslim. Apakah Judiofobia, Kristofobia, atau Hindufobia dan sebagainya. Secara umum, itu juga masuk dalam wacana keagamaan Islam itu sendiri," ujarnya.

Gus Yahya memaparkan istilah Islamofobia hingga Kafirofobia itu muncul karena warisan dari sejarah yang panjang.

Dia lalu menyinggung perang yang panjang antara dunia Islam dan dunia nonmuslim.

"Kenapa kita punya yang seperti ini? Baik di lingkungan nonmuslim ada Islamofobia, di lingkungan umat Islam ada Kafirofobia. Karena kita mewarisi sejarah dari konflik yang panjang sekali. Selama berabad-abad antara Islam melawan dunia nonmuslim," sebut Gus Yahya.

Misalnya, selama era Turki Utsmani, 700 tahun dari kekuasaan imperium tersebut, kompetisi militer melawan kerajaan-kerajaan Kristen Eropa di Barat tiada berjeda.

Begitu juga di kawasan timur, Dinasti Mughal sepanjang waktu terlibat konflik yang sangat tajam dengan umat Hindu di India, khususnya India bagian utara.

Sejarah persaingan agama masih mengendap hingga saat ini dan telah menjelma pola pikir masyarakat.

Semua sejarah yang diwarisi umat Islam saat ini sudah mengendap sebagai mindset. Padahal wacana soal moderasi dan toleransi, justru merupaka sesuatu yang baru.

Akhirul kalam

Ulama NU sepakat menyimpulkan; kategori nonmulim atau kafir tak lagi relevan dalam konteks negara modern.

Ikhtiar dalam mengubah kategorisasi ini harus terus dilakukan, sehingga pola pikir masyarakat berubah dan disusul strategi yang mentransformasikan mindset.

Diakui, sebagian umat beragama masih cenderung memelihara permusuhan dan kebencian satu sama lain. Ini adalah pekerjaan rumah (PR) semua agama di belahan dunia mana pun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com