Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Pepatah Latin: Ingin Tetap Baik Tinggalkan Istana

Kompas.com - 27/03/2022, 11:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NOVEMBER 2014, terbit sebuah buku dari Sumenep, Madura, dengan judul Republik Sengkuni. Tiga penulis buku ini adalah, Abrari Alzael, MH.Said Abdullah dan Miqdad Husein.

Salah satu atikel dalam buku bunga rampai ini berjudul “Ujian” oleh MH Said Abdullah.

Said, yang sekarang merupakan anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, membuka artikelnya dengan sejumlah baris kalimat yang menyeruak di masa kini di sini.

Artikelnya adalah nasihat untuk semua anak manusia di segala jaman dan menarik untuk dibaca berulang kali saat ini.

Hampir semua orang bisa tahan dalam menghadapi penderitaan, tetapi kalau mau menguji karakter seseorang berilah ia kekuasaan, demikian tutur Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16, memerintah tahun 1861 - 1865. Lalu di masyarakat Jawa ada ungkapan agak berbeda yang menegaskan bahwa manusia mudah sekali terpeleset karena godaan tahta, harta dan wanita.” (Halaman 242-243)

Baca juga: Puan yang Dimanja Masuk Neraka Politik

Said mengatakan, ujian hidup sebenarnya bukan sebatas derita, kemiskinan dan kemelaratan.

Ketika seseorang memiliki apa saja, sebenarnya ia sedang berada dalam ujian yang tidak kalah beratnya dari penderitaan.

Apalagi ketika yang dimilikinya bernama kekuasaan. Ia memang tidak menangis, karena segalanya dipunyai. ........Ungkapan Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung korup tampaknya juga mempertegas betapa tidak mudah manusia lolos dari urusan kekuasaan.

Bahkan mereka yang berbaju agama dan moral juga kerap terpeleset karena kekuasaan.

Di akhir artikelnya Said mengulangi lagi kalimatnya. Lincoln benar, jika ingin melihat kekuatan watak dan karakter asli seseorang, apakah tergolong baik atau tidak, kekuasaan bisa menjadi ujian puncak.

Sengkuni adalah tokoh epos Mahabarata yang terkenal licik dan penggoda pimpinan untuk selalu memegang kekuasaan besar selama mungkin.

Sengkuni dalam cerita wayang Jawa adalah seorang patih, pejabat tinggi dalam pemerintahan di bawah Raja Hastina (Kurawa), Duryudana.

Maka pemegang kekuasaan perlu berhati-hati atas bujukrayu Sengkuni yang selalu hidup sepanjang bumi masih berputar.

Menggoda

Soal kekuasaan yang menggoda perlu kita baca pula dari pengalaman orang yang pernah jadi pemegang kekuasaan eksekutif di negeri ini. Judulnya “SBY Selalu Ada Pilihan”.

Buku ini diluncurkan Januari 2014. Ini sebuah biografi yang tebal, tapi enak dibaca, bukan tumpukan pidato presiden yang hanya bisa dipakai bantal tidur.

Ditanya apakah Said Abdullah pernah membaca buku ini, jawabnya:”Kagak pernah”.

Siapapun SBY, ia telah menuliskan pengalamannya yang perlu disimak. Di bawah subjudul “Awas, Kekuasaan itu Menggoda”, SBY di halaman 640 menuliskan seperti berikut:

Beberapa menteri saya (sebaiknya tidak saya sebut siapa mereka) pernah diajak bicara oleh empat tokoh internasional, baik itu kepala pemerintahan maupun mantan, yang mengajukan pertanyaan kurang lebih begini. Apa benar Presiden SBY tidak memungkinkan untuk maju kembali atau dipilih kembali”.

Baca juga: Cak Nanto Minta Jokowi Belajar dari Gus Dur

Menteri itu menjawab: “Benar. Konstitusi kami memberikan pembatasan masa jabatan seorang presiden dua periode. Masing-masing lima tahun.

Para tokoh internasional itu, kata SBY, bertanya lebih lanjut yang kira-kira bunyinya begini: “Bagaimana kalau prestasinya baik. Apakah tidak ada jalan untuk memungkinkan ia dipilih kembali.”

Jawaban menteri seperti ini: ”Presiden SBY taat konstitusi. Sepanjang yang saya tahu Pak SBY juga tak berminat untuk kembali. Apalagi harus mengubah konstitusi atau pun cara-cara lain......

SBY memberi komentar pada jawaban menterinya itu: “Seratus, begitu komentar saya lega. Jawaban yang cespleng dan tepat.

Menurut SBY, mengapa jabatan cukup dua periode saja?

Lima tahun pun sebenarnya seorang presiden bisa berbuat banyak untuk negerinya. Justru jika lebih dari 10 tahun ia bisa tidak lagi kreatif. Bisa-bisa segalanya dianggap sebagai kegiatan rutin,” tulis SBY.

SBY pun menuliskan...... Banyak pejabat di negeri ini yang dengan segala upaya ingin tetap memegang atau memperpanjang kekuasaan yang dimilikinya.

Bukan rahasia lagi, bahwa tidak sedikit gubernur, bupati atau wali kota setelah dua kali berkuasa tetap ingin maju lagi sebagai wakil.

Ada juga yang dengan getol mempersiapkan istrinya untuk menjadi gubernur, bupati atau wali kota.

Atau anak kandungnya yang rata-rata masih muda atau nyaris tidak punya pengalaman atau kapabilitas memimpin daerah.

Ini tidak dilarang oleh undang-undang. Namun tentu ada norma batas kepatutan yang perlu dianut masyarakat yang baik.

Tampar muka presiden

Suara godaan untuk terus berkuasa kini berdengung lagi. Bahkan muncul dari para menteri.

Di awal pelantikan mereka selalu mendapat pesan, para menteri tidak boleh melaksanakan misi visinya sendiri, tapi visi misi presiden.

Ini tentu juga dalam mengeluarkan pernyataan di muka publik.

Untung Presiden Jokowi pada 2 Desember 2019 sudah bilang: “Yang ngomong presiden itu tiga periode artinya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka dan ingin menjerumuskan.”

Kemudian ia bilang, orang, menteri partai politik boleh mengusulkan hal semacam itu karena di sini negara demokrasi. Itu bukan berarti, di negeri demokrasi siapa pun boleh menampar muka presiden.

Tentang pemegang kekuasaan di Istana Kepresidenan ini saya jadi ingat sebuah proverbia atau pepatah bahasa Latin yang berbunyi seperti ini: exeat aula, qui vult esse pius.

Terjemahannya, “Yang ingin tetap menjadi orang baik hendaknya meninggalkan istana (Proverbia Latina disusun BJ Marwoto dan H Widarmono halaman 82).

Pepatah ini berasal dari penyair dan filsuf Romawi, Marcus Annacus Lucanus (tahun 39 - 65).

Mungkin pepatah ini bukan untuk Indonesia masa kini, tapi menarik untuk bahan becanda atau bergurau sekarang ini. Heheheheh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com