Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Kala Negara Kalah Hadapi Mafia

Kompas.com - 23/03/2022, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DRAMA kelangkaan minyak goreng berakhir sudah. Namun ibarat sebuah cerita, drama ini berakhir ‘sad ending’.

Pasalnya, meski sudah banjir dan melimpah di pasaran, minyak goreng harganya meroket dan naik tajam.

Kelangkaan minyak goreng (mungkin) sebelumnya tak pernah terpikirkan. Baik oleh masyarakat maupun para pengambil kebijakan.

Karena sebagai salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia, mustahil minyak goreng akan langka di Indonesia.

Namun, fakta berbicara berbeda. Minyak goreng tiba-tiba lenyap dan menghilang dari pasaran.

Tak hanya di pasar-pasar tradisional, minyak goreng juga menghilang dari pasar modern dan toko ritel. Untuk mendapatkan komoditas ini, warga harus berebut dan rela antre lama.

Menyalahkan warga dan virus corona

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) beralasan, minyak goreng langka di pasaran karena jatah rakyat ‘diserobot’ pihak yang tidak berhak.

Kemendag menuding, industri menggunakan minyak goreng yang seharusnya dialokasikan untuk rakyat kebanyakan.

Kemendag berdalih, ketersediaan minyak sawit sebagai bahan baku minyak goreng yang terkumpul dalam kebijakan domestic market obligation (DMO) cukup besar.

Kebutuhan minyak goreng nasional sebesar 5,06 juta ton per tahun, sedangkan produksinya mencapai 8,02 juta ton.

Karena itu, seharusnya minyak goreng melimpah dan tak menjadi barang langka.

Selain itu, Kemendag juga berdalih kelangkaan minyak goreng disebabkan karena produsen lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri karena harganya lebih tinggi.

Pandemi juga dituding menjadi biang keladi karena menyebabkan gangguan logistik, seperti berkurangnya jumlah kontainer dan kapal.

Selain itu Kemendag curiga warga menimbun minyak goreng di dapur sehingga komoditas ini menjadi langka.

Dari mafia hingga invasi Rusia ke Ukraina

Invasi Rusia ke Ukraina juga dituding menjadi biang kelangkaan minyak goreng di Indonesia.

Karena menurut Kemendag, perang antarnegara tetangga itu menyebabkan lonjakan harga sejumlah komoditas, termasuk minyak goreng.

Invasi Rusia ke Ukraina berdampak terhadap harga minyak goreng karena dua negara di Eropa Timur itu merupakan produsen minyak biji bunga matahari.

Krisis yang terjadi di sana membuat banyak negara memilih menggunakan minyak sawit untuk menggantikan minyak biji bunga matahari.

Kemendag juga menduga ada mafia yang menyebabkan minyak goreng menjadi langka. Ada orang-orang yang mengambil kesempatan di dalam kesempitan.

Kecurigaan itu didasari atas ketidaksesuaian antara data stok minyak goreng dengan temuan di lapangan.

Praktik yang dilakukan oleh para mafia tersebut antara lain mengalihkan minyak subsidi ke minyak industri atau mengekspor minyak goreng ke luar negeri.

Kalah dengan mafia

Meski sesumbar akan melawan mafia, faktanya Kemendag justru menghapus aturan terkait harga eceran tertinggi (HET) dan menyerahkan harga minyak goreng kemasan ke mekanisme pasar.

Alih-alih melawan mafia minyak goreng seperti yang dijanjikan, pemerintah justru terkesan kalah dan membiarkan para mafia berpesta.

Pemerintah berdalih, kebijakan penghapusan HET untuk minyak goreng kemasan ini dilakukan guna mengatasi kelangkaan minyak goreng.

Kebijakan ini memang mampu mengatasi kelangkaan, karena minyak goreng mendadak berlimpah di pasaran.

Namun, itu tak menyelesaikan persoalan. Pasalnya, harga minyak goreng kemasan jadi meroket dan naik tajam.

Sejak ada kebijakan baru ini, harga minyak goreng alami kenaikan drastis dari harga sebelumnya.

Saat ini harga minyak goreng kemasan mencapai Rp 25.000 per liter yang sebelumnya hanya Rp 14.000 per liter.

Benarkah ada mafia minyak goreng di Indonesia? Atau itu hanya dalih dan akal-akalan pemerintah saja karena tak mampu mengatasi dan mengendalikan tata kelola perdagangan komoditas ini?

Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (23/3/2022), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.30 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com