JAKARTA, KOMPAS.com – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)menegaskan, dokter terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) berinisial SU di Jawa Tengah (Jateng) melakukan perlawanan terhadap petugas saat ditangkap tidak dengan fisiknya tetapi dengan menggunakan kendaraanya. SU tewas ditembak tim Densus 88.
Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antit Teror Polri, Kombes Aswin Siregar mengatakan, SU melakukan perlawanan dengan menabrakkan kendaraannya kepada petugas dan kendaraan masyarakat di sekitarnya.
Baca juga: Mengenal Dokter Su, Terduga Teroris yang Ditembak Mati Densus di Jateng
Di media sosial beredar narasi bahwa dokter SU sudah lama sakit stroke dan saat ini menggunakan tongkat. Dengan demikian dia diduga sulit melawan saat akan ditangkap.
“Tersangka melakukan perlawanan bukan dengan fisiknya, tetapi dengan menabrakkan kendaraannya kepada petugas,” kata Aswin saat dihubungi, Jumat (11/3/2022).
“Dan kendaraan yang menghentikannya dan beberapa kendaraan masyarakat yang berada di jalan tersebut,” imbuh dia.
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan, tindakan hukum melalui penembakan merupakan upaya terakhir yang bisa dilakukan oleh petugas di lapangan. Menurut dia, para polisi di lapangan juga memiliki diskresi untuk menilai situasi.
"Apabila membahayakan maka dapat dilakukan tindakan untuk melumpuhkan. Sesuai Perkap (peraturan kepala Polri) 1 dan 8 2009 serta secara universal petugas polisi di dunia melakukan hal tersebut,” ujarnya.
Apabila ditemukan pelanggaran, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri akan melakukan penindakan terhadap polisi yang bertugas.
“Apabila ada pelanggaran yang dilakukan, anggota Propam akan menindak," kata Dedi.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyatakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyampaikan, Densus 88 menangkap terduga teroris berinisial SU yang belakangan terkonfirmasi sebagai dokter Sunardi sekitar pukul 21.15 WIB pada Rabu lalu. Ramadhan mengungkapkan, SU tewas dalam proses penangkapan tersebut.
Ia menjelaskan, SU sempat melakukan perlawanan secara agresif saat hendak ditangkap. SU disebutkan menabrakkan mobil ke arah petugas Densus 88 serta kendaraan masyarakat yang sedang melintas.
Karena itu, petugas melumpuhkan SU dengan pertimbangan situasi saat itu sudah membahayakan jiwa petugas dan masyarakat sekitar.
"Dengan melakukan tindakan tegas terukur dengan melumpuhkan tersangka dan mengenai di daerah punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah," kata dia.
Belakangan, penembakan terhadap SU menjadi sorotan lantaran ada pihak yang menyebutkan bahwa dokter itu sudah lama mengalami stroke dan sudah menggunakan tongkat untuk beraktivitas.
“Fakta....almarhum Sunardi sdh menderita Stroke lama, butuh tongkat utk aktifitas Layakkan beliau dibunuh spt itu ? Kami mengutuk kalian yg jika mmg telah sengaja membunuh seorang pejuang kemanusiaan yg baik @PBIDI ,mengapa bungkam ? #PrayForDokterSunardi,” tulis seorang netizen dalam akun @DokterVall pada 10 Maret 2022.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.