Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Terus Naik, Jokowi: Bu Menkeu, Kita Tahannya sampai Berapa Hari?

Kompas.com - 11/03/2022, 13:04 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengungkapkan kondisi harga jual minyak mentah dunia yang semakin naik sebagai imbas dari perang Rusia-Ukraina.

Akibatnya, harga jual minyak ke masyarakat di berbagai belahan dunia ikut naik.

Namun, Jokowi menyatakan pemerintah masih menahan diri untuk menyikapi dampak situasi kenaikan ini.

"Kelangkaan energi, sekarang semua negara mengalami. Tambah perang harga naik. Kita tahu 2020 minyak harganya hanya kira-kira 60 Dolar AS per barrel. Hari ini kira-kira 115 Dolar AS per barrel. Itu pun sebelumnya minggu lalu sudah di angka 130 Dolar AS per barrel," ujar Jokowi saat memberikan sambutan pada Dies Natalies ke-46 UNS Surakarta yang disiarkan secara virtual, Jumat (10/3/2022).

Baca juga: Ini Strategi Pemerintah Jaga Inflasi Tetap Terkendali di Tahun 2022

"(Kenaikan) dua kali lipat semua. Negara-negara (lain) harga jualnya ke masyarakat sudah naik juga. Kita di sini masih nahan-nahan. Bu Menteri (Keuangan) saya tanya gimana Bu? Tahannya sampai berapa hari ini? Kita nahan-nahan terus," jelas Jokowi langsung menanyakan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang juga hadir di acara tersebut.

Jokowi melanjutkan, selain kelangkaan energi, beberapa negara saat ini juga sudah mulai mengalami kelangkaan pangan.

Dia mengungkapkan harga semua komoditas pangan dunia mengalami kenaikan.

"Gandum naik. Kita kena imbas harga kedelai dunia naik. Tambah perang ini gandum naik. Karena hampir 20 persen lebih gandum itu dari Ukraina dan Rusia sehingga naik sangat drastis," ungkap Jokowi.

"Kalau dilihat angka-angka, waduh, di Rusia naik 12 persen, Amerika naik 6,9 persen, Turki 5,5 persen. Alhamdulillah kita masih di angka 3,4 persen. Tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini?," lanjutnya.

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Bisa Pengaruhi APBN dan Picu Inflasi, Benarkah?

Kepala negara pun menyebutkan adanya kondisi kelangkaan kontainer.

Dalam situasi normal, kontainer sangat mudah didapatkan. Sementara itu, saat ini kontainer menjadi langka akibat imbas disrupsi teknologi.

"Akhirnya apa? Harga kontainer naik berlipat-lipat. Dulu naik dua kali, naik tiga kali, naik empat kali, naik lima kali. Artinya apa? Barang-barang logistik sampai ke konsumen pun karena terbebani harga kontainer yang naik. Sehingga dibeli lebih mahal. Efeknya ke mana-mana," tegas Jokowi.

Persoalan lain yang tak dapat dihindari yakni terjadinya kenaikan iangka inflasi yang melanda berbagai negara.

Baca juga: BPS: Konflik Rusia-Ukraina Pengaruhi Ekspor Impor hingga Inflasi di Indonesia

Merujuk kenaikan ini, Jokowi berpesan agar ekonomi makro negara dikelola secara baik bersamaan dengan ekonomi mikro.

"Ini yang hati-hati mengelola ekonomi saat ini. Ekonomi makronya dikelola, tapi mikronya tidak diperhatikan bisa buyar. Artinya apa? Sekarang ini harus kerja detil. Kalau enggak detil, enggak akan menyelesaikan masalah. Untungnya inflasi negara kita masih terkendali dengan baik, masih 2,2 persen," ungkap presiden.

"Coba lihat di Turki 48,7. Di Amerika yang biasanya di bawah 1 persen sekarang sudah di 7,5 persen. India sudah 6 persen. Di Rusia sudah 8,7 tapi enggak tau hari-hari ini. Situasi seperti ini terjadi di dunia," tambah presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com