JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar ilmu kesehatan dari Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, hingga saat ini, varian Omicron B.1.1.529 sudah bermutasi menjadi berbagai bentuk yaitu BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3.
Ia mengatakan, saat ini, subvarian Omicron BA.1 mendominasi di dunia dan Indonesia. Namun, beberapa analisis menunjukkan bahwa BA.2 lebih cepat menular dari subvarian Omicron lainnya.
"Angkanya rata-rata BA.2 di dunia mencapai 21,09 persen dari semua Omicron, jadi satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2. Tapi, sudah ada beberapa negara yang BA.2nya dominan, lebih dari 50 persen," kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (3/3/2022).
Tjandra mencontohkan, beberapa negara dengan kasus Covid-19 didominasi BA.2 di antaranya adalah Brunei Darussalam, Filipina, Bangladesh, China, India, Nepal dan Pakistan.
Baca juga: Kemenkes: Ada 252 Kasus Covid-19 dari Subvarian BA.2 Omicron di Indonesia
"WHO memang menyebutkan bahwa prevalensi tertinggi BA.2 di antara keseluruhan terjadi di daerah Asia Tenggara, yaitu 44,7 persen," ujarnya.
Kendati demikian, Tjandra mengatakan, sejauh ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa BA.2 menimbulkan sakit yang lebih berat.
Selain itu, data dari Afrika Selatan, Inggris dan Denmark menunjukkan bahwa keparahan penyakit akibat BA.1 dan BA.2 sama.
"Tapi publikasi pra-cetak 16 Februari 2022 dari Jepang yang berjudul 'Virological characteristics of SARS-CoV-2 BA.2 variant' menyebutkan nampaknya BA.2 dapat lebih berat. Uji coba pada binatang memang menunjukkan bahwa BA.2 dapat menimbulkan dampak klinik lebih berat, tapi belum terjadi pada manusia," tuturnya.
Lebih lanjut, Tjandra mengatakan, penelitian di Jepang menyebutkan bahwa pada infeksi BA.2 terjadi penurunan efektifitas obat antibodi monoklonal seperti sotrovimab.
Baca juga: Studi Ungkap Varian Omicron BA.2 Tak Naikkan Angka Rawat Inap
Di samping itu, lanjutnya, BA.2 tidak memiliki fenomena SGTF (S Gene Target Failure), sehingga penggunaan PCR SGTF menjadi terbatas dan diperlukan pemeriksaan menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS).
"Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau-kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.