Bila seruan ini tidak digubris, kata Hikmahanto, maka MU PBB dapat memberi mandat kepada negara-negara untuk mengerahkan pasukan terhadap negara yang tidak mematuhi gencatan senjata.
"Tentu proses di MU PBB harus diinisiasi oleh sebuah negara anggota PBB," terang dia.
Menurut Hikmahanto, Indonesia dapat mengambil peran ini. Hal itu lantaran Indonesia saat ini memegang Presidensi G-20 dan memiliki kewajiban konstitusional untuk turut dalam ketertiban dunia.
"Presiden Jokowi dapat mengutus Menlu Retno Marsudi untuk melakukan shuttle diplomacy dengan melakukan pembicaraan ke berbagai pihak, termasuk Presiden MU dan Sekjen PBB, Menlu Rusia, Menlu Ukraina, Menlu negara-negara Eropa Barat dan AS," papar Hikmahanto.
Rektor Universitas Jenderal A Yani ini pun menyatakan, Menlu Retno juga perlu melakukan pembicaraan dengan Menlu berbagai negara di Asia Afrika Eropa Timur hingga Amerika Latin.
Hal tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi saling serang negara-negara buntut perang Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Polandia Siapkan RS untuk Bantu Rawat Warga Ukraina yang Jadi Korban Operasi Militer Rusia
"Mengingat bila saling serang yang terjadi di Ukraina dibiarkan terus akan menjadi cikal bakal PD III," tegasnya.
Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada Kamis (24/2). Invasi Rusia dilakukan karena Moskwa membela separatis di timur Ukraina.
Pada 2014, pasukan elite Rusia juga merebut seluruh Semenanjung Crimea di Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan 137 warga Ukraina tewas setelah negaranya diserang besar-besaran oleh pasukan Rusia di hari pertama operasi militer Moskwa.
"Hari ini kami telah kehilangan 137 pahlawan kami, warga negara kami. Militer dan sipil," kata Zelensky dalam pidato yang direkam dalam video, dikutip dari AFP, Jumat (25/2/2022).
Ia menambahkan, ada 316 orang lainnya yang terluka akibat operasi militer Rusia.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Terjadi Karena Apa?
Pasukan Rusia yang menginvasi diketahui menekan jauh ke Ukraina pada Kamis, ketika pertempuran mematikan mencapai pinggiran Kiev.
Rudal dan penembakan Rusia menghujani kota-kota Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi darat dan serangan udara skala penuh. Serangan Rusia memaksa warga sipil Ukraina untuk berlindung di sistem metro, dengan 100.000 orang mengungsi.
Zelensky telah memanggil wajib militer dan pasukan cadangan nasional untuk berperang dalam mobilisasi umum.
Presiden Ukraina mengatakan sekarang ada "tirai besi baru" antara Rusia dan seluruh dunia, seperti dalam Perang Dingin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.