Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Pakar Bawa Harapan Baru di Tengah Gelombang Omicron

Kompas.com - 25/02/2022, 08:19 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron di Indonesia diperkirakan bakal mulai menurun pada bulan Maret 2022. Prediksi oleh pakar itu menambah harapan masyarakat supaya pandemi segera enyah.

Menurut pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Amin Soebandrio, prediksi itu didasarkan pada pengalaman negara-negara lain yang membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk melewati lonjakan kasus akibat varian Omicron.

Amin menilai, saat ini, penularan Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak lonjakan kasus.

Sebab, pergerakan kasus harian Covid-19 masih fluktuatif dan tidak terlihat penurunan kasus secara konsisten.

"Kalau lihat tadi kurva yang dialami negara lain emang kurang lebih Maret akan mungkin akan turun (kasus Covid-19), mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu yang luar biasa," kata Amin dalam diskusi di Jakarta, Kamis (24/2/2022).

Baca juga: Bisakah Batuk Covid Omicron dan Batuk Biasa Dibedakan? Dokter Jelaskan

Pada 16 Februari lalu penambahan kasus harian sempat menyentuh angka 64.718 kasus. Kasus harian itu sempat mengalami penurunan menjadi 59.384 pada 19 Februari, lalu turun kembali menjadi 34.318 kasus pada 21 Februari, sebelum akhirnya naik kembali menjadi 61.488 pada 23 Februari.

Di sisi lain, Amin mengatakan, pemeriksaan sampel kasus positif Covid-19 dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mengetahui jenis varian virus Corona masih terbatas dan mengutamakan pulau Jawa.

Maka dari itu, menurut dia, penularan Covid-19 yang terjadi di masyarakat tidak merepresentasikan akibat penularan varian Omicron. Amin meminta masyarakat tetap mewaspadai penularan varian virus Corona lainnya seperti Delta.

"Varian Delta atau varian lain masih ada. Itu yang harus dipahami masyarakat bahwa kita tidak boleh kita mengatakan Omicron semuanya ringan, jadi kita boleh santai. Tidak demikian," ucapnya.

Baca juga: Waspada Omicron Siluman Berpotensi Sebabkan Penyakit Parah, Studi Jelaskan

Lebih lanjut, Amin berharap kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan pada Maret meskipun aktivitas masyarakat mulai ramai pada bulan tersebut.

Paling banyak bermutasi

Di sisi lain, Amin mengatakan, Omicron merupakan varian virus corona yang paling banyak bermutasi dibandingkan varian sebelumnya. Menurut data yang dia peroleh, varian Omicron bisa bermutasi sampai 50 jenis, dan 30 di antaranya berada di bagian spike virus.

"Kita tahu fungsinya si spike itu untuk menempel pada sel manusia, sehingga kalau itu (spike) lebih efektif, maka penularan virus akan cepat, dia bisa menularkan ke lebih banyak orang, itu yang diterjemahkan sebagai angka reproduksi," kata Amin.

Meski demikian, Amin mengatakan, dengan mutasi yang lebih banyak tersebut, varian Omicron justru tidak menyebabkan angka kesakitan Covid-19 lebih tinggi. Ia mengatakan, 80 persen masyarakat yang terpapar varian Omicron tidak bergejala atau mengalami gejala ringan.

Baca juga: Antibodi Infeksi Omicron Dapat Melindungi dari Varian Lain, Benarkah?

"Tidak menyebabkan gejala klinis yang berat. Itu membuat si virus tidak menguntungkan, tapi buat kita menguntungkan," ujarnya.

Lebih lanjut, Amin mengatakan, varian Omicron memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh. Namun, ia mengatakan, jika antibodi yang terbentuk di dalam tubuh cukup tinggi, individu masih bisa terhindar dari terinfeksi varian Omicron.

"Tapi, kekebalan antibodi masih rendah itu mungkin pada beberapa orang yang belum divaksinasi atau punya komorbid. Itu kekebalannya lebih rendah, jadi risikonya lebih tinggi," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com