JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Amin Soebandrio mengatakan, Omicron merupakan varian virus corona yang paling banyak bermutasi dibandingkan varian sebelumnya.
Ia mengatakan, varian Omicron bisa bermutasi sampai 50, dan 30 di antaranya berada di bagian spike virus.
"Kita tahu fungsinya si spike itu untuk menempel pada sel manusia, sehingga kalau itu (spike) lebih efektif, maka penularan virus akan cepat, dia bisa menularkan ke lebih banyak orang, itu yang diterjemahkan sebagai angka reproduksi," kata Amin dalam diskusi DBS Asia Insights Conference, Kamis (24/2/2022).
Baca juga: Kemenkes: 80 Balita Meninggal akibat Covid-19 Selama Gelombang Omicron
Meski demikian, Amin mengatakan, dengan mutasi yang lebih banyak tersebut, varian Omicron justru tidak menyebabkan angka kesakitan Covid-19 lebih tinggi.
Ia mengatakan, 80 persen masyarakat yang terpapar varian Omicron tidak bergejala atau mengalami gejala ringan.
"Tidak menyebabkan gejala klinis yang berat. Itu membuat si virus tidak menguntungkan, tapi buat kita menguntungkan," ujarnya.
Baca juga: Saat Gelombang Omicron Renggut Nyawa 80 Balita Indonesia...
Lebih lanjut, Amin mengatakan, varian Omicron memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh.
Namun, ia mengatakan, jika antibodi yang terbentuk di dalam tubuh cukup tinggi, individu masih bisa terhindar dari terinfeksi varian Omicron.
"Tapi, kekebalan antibodi masih rendah itu mungkin pada beberapa orang yang belum divaksinasi atau punya komorbid. Itu kekebalannya lebih rendah, jadi risikonya lebih tinggi," ucap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.