PENETRASI internet yang tinggi melahirkan pola baru dalam budaya membaca berita. Saat ini beragam berita dikonsumsi secara digital.
Di negara yang menganut demokrasi, pemilih sewajarnya mengikuti dan membaca berita-berita politik yang berkontribusi bagi pengetahuan politik mereka. Pengetahuan tersebut tentunya berguna dalam kehidupan politik. Misalnya saja saat pengambilan keputusan di pemilu tahun 2024 di Indonesia.
Sebuah penelitian menarik dilakukan Dr Jakob Ohme dan Dr Ewa Maslowka dari University of Amsterdam di Belanda bersama Professor Cornelia Mothes dari Macromedia University of Applied Science di Leipzig di Jerman.
Baca juga: 7 Tips Menulis di Media Digital yang Perlu Anda Ketahui
Penelitian yang diterbitkan pada 2021 itu berjudul Mobile News Learning: Investigating Political Knowledge Gains in a Social Media Newsfeed with Mobile Eye Tracking. Penelitian itu menggunakan pendekatan eksperimen yang melibatkan 122 mahasiswa yang diminta membaca berita. Mata para partisipan direkam dan dianalisa dengan menggunakan alat Tobii X2 30 Hz Eye Tracker.
Ohme dan kawan-kawan membagi konsumsi berita politik secara digital dalam dua bentuk, yaitu konsumsi berita melalui PC atau desktop dan konsumsi berita melalui smartphone.
Menurut mereka, ada perbedaan atensi yang diberikan oleh pembaca berita. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa pemahaman pembaca berita politik dari ponsel pintar lebih rendah bila dibandingkan dengan pembaca yang mengakses berita dari PC.
Terdapat dua alasan yang melandasi pembaca berita politik via ponsel pintar lebih rendah atensinya dibanding PC. Pertama, ukuran layar ponsel pintar yang lebih kecil daripada PC menjadi halangan untuk membaca.
Pembaca berita di ponsel pintar lebih menghabiskan waktu mereka untuk mempersepsikan berita yang dibaca. Hal tersebut dipicu perilaku scrolling layar sehingga yang terjadi adalah mereka hanya membaca sekilas (skimming reading).
Ketika ada berita yang penting sekalipun, atensi pasti terpecah karena ada dorongan untuk terus scrolling. Apalagi, bila pembaca mengakses berita politik dalam iklim yang tidak dikondisikan. Artinya, ada berita-berita dengan genre berbeda yang bisa memecah perhatian.
Kedua, motivasi berbeda yang timbul dari ponsel pintar dan PC. Ohme dan kawan-kawan melihat ada kebiasaan para partisipan menggunakan ponsel pintar untuk kegiatan bersenang-senang. Misalnya akses ponsel pintar untuk chatting, belanja, bahkan kencan daring.
Sementara, ketika mengakses PC, atensi lebih diberikan karena partisipan yang keseluruhannya adalah mahasiswa, lebih mengasosiasikan PC dengan belajar. Oleh karena itu, atensi lebih diberikan ketika membaca berita politik di PC.
Dari pemaparan penelitian di atas, ada aspek-aspek positif yang dapat diambil dan diterapkan untuk memperkaya penerapan komunikasi politik di Indonesia.
Berdasarkan survei We are Social (2021), 98 persen populasi Indonesia menggunakan ponsel pintar dan secara khusus menghabiskan waktu rata-rata 1 jam 38 menit membaca berita (tidak hanya berita politik saja).
Dengan mengacu pada penelitian Ohme dan kawan-kawan, ada atensi rendah dalam membaca berita politik di ponsel pintar. Oleh karena itu, sudah saatnya berita politik tidak dikemas dengan cara lama, apalagi dengan cara yang membosankan.
Berita politik sekarang dan masa mendatang wajib disampaikan dengan visualisasi yang menarik perhatian. Visualisasi dari sebuah berita politik sebaiknya tidak sebatas teks tulisan atau berita video berisi "ocehan" dari politisi atau pundit politik.
Pengemasan berita politik harus disesuaikan visualisasi yang dekat dengan pemilihnya. Dari sisi pemilih, Gen-Z dan Milenial merupakan mayoritas.
Baca juga: Membayangkan Masa Depan Media Digital Indonesia...
Tidak perlu ragu berevolusi dalam menampilkan berita politik. Misalnya memakai pendekatan humor saat menyajikan berita politik. Hal ini kita bisa lihat dari salah satu program di Amerika yakni The Daily Show yang saat ini dipandu oleh komedian Trevor Noah.
Program tersebut sudah tayang sejak 22 Juli 1996, berisikan satire atas kejadian politik teranyar yang terjadi di Amerika.
Pew Research Center pada 2010 mengeluarkan hasil riset mereka atas The Daily Show. Hasilnya, dari total populasi penonton, 74 persen berasal dari kalangan muda, dan 43 persen di antaranya menyukai program tersebut karena menghibur.
Generasi muda dan produktif Indonesia harus ditingkatkan rasa suka mereka dalam mengkonsumsi berita politik. Bila tidak mampu mengoptimalkan daya tarik visualisasi, maka akan berimplikasi pada minimnya ketertarikan atas berita politik.
Atensi rendah dan kurangnya ketertarikan dalam membaca berita politik otomatis berpengaruh pada pengetahuan politik. Pengetahuan yang kurang mumpuni, tentu berdampak pula pada pengambilan keputusan untuk memilih pemimpin bangsa ini.
Jangan sampai Gen-Z dan Milenial mencoblos menggunakan metode hitung kancing. Pemilihan yang asal-asalan maka berefek pula pada masa depan bangsa ini.
Sudah saatnya pengemasan berita politik di Indonesia yang disajikan di ponsel pintar berevolusi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.