Tahun 1926 Soekarno mendirikan Algeemene Studie Club di Bandung, organisasi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI). Organisasi itu didirikan Soekarno pada 4 Juli 1927 dengan rumusan ajaran Marhaenisme.
Berkat usaha Soekarno, PNI tumbuh dan berkembang di Pulau Jawa maupun luar Jawa.
Aktivitas Soekarno itu sampai membuat Belanda gerah. Belanda pun menangkapnya pada 29 Desember 1929.
Soekarno dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung, dan baru dibebaskan pada 31 Desember 1931.
Baca juga: Dewi Soekarno, Istri Presiden Soekarno Hadiri Kremasi Menantunya di Bali
Setelah bebas, dia bergabung dan memimpin Partai Indonesia atau Partindo yang merupakan pecahan dari PNI.
Langkah Soekarno ini membuatnya kembali ditangkap Belanda, bahkan hingga diasingkan ke Ende, Flores, pada 1933.
Empat tahun kemudian dia dipindahkan ke Bengkulu. Namun, di Bengkulu, Soekarno berhasil kabur ke Padang.
Ia lantas menyeberangi Selat Sunda dan berhasil kembali ke Jakarta pada Juli 1942.
Soekarno bersama tokoh-tokoh lainnya pun melanjutkan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, bersama Mohammad Hatta, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Baca juga: Pilpres 2004 dan Cerita di Balik Duet SBY-Jusuf Kalla
Keduanya lantas diangkat sebagai presiden dan wakil presiden peryama RI melalui sidang PPKI yang digelar 18 Agustus 1945.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.
Berbagai upaya Soekarno tempuh untuk mempersatukan nusantara. Dia bahkan berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin melalui Konferensi Asia Afrika (KAA).
Konferensi itu digelar di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Soekarno menjabat sebagai presiden selama 22 tahun, yakni 1945 hingga 1967.
Sejak Agustus 1965, kesehatan Soekarno terus menurun. Ia pun tutup usia pada Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta.