Ia memiliki perhatian besar terhadap pengembangan talenta SDM Indonesia agar tetap relevan dengan masa kini dan masa mendatang. Harapannya Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi.
Pak Tik adalah pendorong dan pendukung utama gagasan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Di luar bersama sejumlah anak muda, beliau mengembangkan berbagai inovasi sosial, seperti: perkuliahan inovatif Kewirausahaan Sosial UGM, Kecerdasan Digital (kecerdasandigital.id), dan Future Skills (futureskills.id); role model pengembangan inovasi dan talenta di lingkup pemerintah daerah (Solo Technopark).
Kemudian role model pengembangan pesantren (Digitrend dan Muslim Kreatif), role model latecomer pendidikan tinggi (UNU Yogyakarta), role pusat studi (SHAFIEC), inisiatif future planet (Pijar Masa Depan), dsb.
Di atas itu semua, prinsip dan strategi yang terus beliau promosikan untuk menang di era disrupsi, yakni: bertindak agile, selalu mencari totok nadi permasalahan, mencari jalan pintas cerdas (smart-shortcut), menciptakan lompatan kemajuan yang tidak linier (leapfrog), menerapkan prinsip-prinsip kerja startup seperti scalable, repeatable/replicable, dan sustainable dalam mendorong perubahan.
Di balik profil hebatnya, Pak Tik tetaplah manusia pada umumnya. Seorang ayah, guru, sahabat, atasan, dan kolega yang menyenangkan.
Pembawaan diri beliau sangat sederhana. Bukan pribadi yang suka pamer dan bergelimang kemewahan.
Beliau juga tidak silau popularitas. Mungkin oleh karena itu mengapa beliau kerap lebih suka tampil di balik layar.
Baginya yang terpenting adalah kontribusi nyata. Baginya kita dianggap bernilai bukan karena harta, jabatan, gelar, atau atribusi yang melekat pada diri kita. Kita bernilai jika kita bermanfaat bagi yang lain.
Dengan prinsip tersebut, beliau selalu berupaya membantu siapa pun terlebih orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.
Ibunda beliau pernah memberikan kesaksian jika sejak kecil Pak Tik memang rajin menabung dan memberikan hasil tabungannya itu ke saudara kandung atau pun orangtuanya.
Pak Tik dikenal baik sebagai sosok penuh perhatian dan hobi memberi. Beliau terbuka dan sering menjadi andalan ketika ada teman-temannya menghadapi problem pribadi seperti duka, sakit, butuh dukungan dana studi, atau pun yang lain.
Di samping itu, di tengah kesibukan sebagai Menteri, beliau masih terlibat serius mengurusi kampung halamannya di Dolog Gede, Bojonegoro, dengan mendirikan lembaga Adhemos dan Yayasan Manah.
Beliau juga aktif membantu pengembangan sekolah masa kecilnya, aktivitas warga di lingkungan tempat tinggalnya di Jaban, Jogja, serta kemajuan prodi, fakultas, maupun universitas yang menjadi rumah pengabdianya.
Siapa saja dibantunya tidak terjabat sekat identitas. Dalam banyak kesempatan, misalnya, beliau juga membantu kalangan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, lintas iman, dll.
Pada umumnya, selain sebagai Menteri, orang mengenal Pak Pratikno sebagai dosen. Lebih dari itu beliau sebenarnya juga merupakan mentor yang hebat.
Beliau selalu dikelilingi anak-anak muda bukan hanya untuk membantu dirinya, namun utamanya untuk dilatih dan diberi kesempatan memainkan peran-peran strategis.
Metode beliau yang utama adalah trust. Anak-anak muda diberi keleluasaan besar untuk belajar, berkreasi, dan berinovasi mengoptimalkan potensinya. Beliau selalu siap pasang badan.
Terkait kehidupan rumah, kami selalu kagum pada kemampuan Pak Tik mengimbangi waktu antara pekerjaan dengan keluarga.
Di tengah kesibukan yang luar biasa, Pak Tik tetap punya kiat untuk membina rumah tangga yang harmonis dan penuh kasih, yakni quality time.
Menyempatkan makan bersama, liburan di sela-sela rutinitas, dan berusaha untuk selalu berbagi cerita menjadi tips yang sering dibagikan pada kami.
Di usia yang memasuki 60 tahun, Pak Tik kini tampak masih sangat segar-bugar.
Sambil penuh kelakar, beberapa waktu lalu ia mengatakan: I’m gonna be sixty and I’m six packs.
Pak Tik paham betul bahwa di usianya saat ini, beliau harus konsisten menjaga kesehatan, baik fisik maupun mental.
Baginya, tidak ada alasan untuk tidak bisa berolah raga bahkan di sela-sela kesibukan. Ia memberi contoh kepada kami dan mempraktikkan sendiri bahwa olah raga itu mudah dan bisa dilakukan di mana saja asal punya niat.
Misalnya, beliau mencontohkan kepada kami gerakan-gerakan olah raga seperti sit up, crunch, lunge, hingga plank, dan lain-lain.
Gerakan olah raga sederhana ini sehari-hari rutin beliau lakukan setiap habis shalat wajib.
Beliau juga kerap menjalani rapat daring atau membalas pesan-pesan WA sembari olah raga menggunakan sepeda statis.
Dari beliau jugalah kami mengenal konsep-konsep seperti intermittent fasting atau pola makan yang sehat.
Nasihat beliau, kesehatan adalah pengali 0 dari apa pun prestasi yang diraih. Sehebat dan setinggi apapun kesuksesan kita, hasilnya akan tetap 0 jika tidak disertai dengan kesehatan.
Tulisan ini ingin kami tutup dengan ucapan Selamat ulang tahun ke-60 dan doa terbaik kepada Pak Pratikno, pemimpin, guru, dan mentor kami yang hebat.
Terima kasih telah menjadi fire-lighter yang memantik semangat dan potensi terpendam kami sehingga bisa semakin berkobar menyala-nyala.
Semoga kami dan para generasi muda bisa menauladani Bapak menjadi pribadi yang lebih bernilai dengan membawa dampak serta kebermanfaataan bagi yang lain, khususnya bangsa dan kemanusiaan.
*Widya Priyahita Pudjibudojo (Staf Khusus Mensesneg),
*Ayodha Pramudita (Public Policy Lead, Task Force Mensesneg)
*Ekamara Putra Ananami (Sespri Mensesneg)