JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani yang mengatakan ada gubernur yang tidak menyambutnya ketika dia melakukan kunjungan ke daerah memicu polemik.
Pengamat politik Ari Junaedi menilai seharusnya Puan sebagai politikus tidak lagi terpaku dengan urusan protokoler. Sebab menurut dia sang kakek, Ir. Soekarno, justru punya kebiasaan berjalan-jalan menemui rakyat tanpa direpotkan dengan urusan protokoler.
Kegiatan Soekarno itu dikenal dengan istilah turba atau turun ke bawah.
Kisah tentang petualangan turba Soekarno juga ditulis oleh Cindy Adams dalam buku "Soekarno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia." Di dalam buku itu ditulis Bung Karno, sapaan Soekarno, kerap melakukan turba secara diam-diam.
Baca juga: Cerita Hasto Soal Lambang NU yang Menginspirasi Bung Karno Soal Geopolitik Indonesia
Soekarno berangkat dengan menggunakan sebuah mobil biasa dari Istana ditemani seorang ajudan berpakaian bebas.
"Kami pergi dengan mobil kecil tanpa tanda pengenal. Kalau hari sudah malam aku menukar pakaian, pakai sandal, pantalon dan kalau hari terlalu panas aku hanya memakai kemeja," kata Soekarno dalam buku itu.
Buat menyamarkan sosoknya saat melakukan turba, Soekarno kerap mengenakan kacamata dengan bingkai tanduk.
"Aku dapat berkeliaran tanpa dikenal orang dan memang kulakukan. Ini kulakukan karena ingin melihat kehidupan ini. Aku adalah kepunyaan rakyat, aku harus melihat rakyat, aku harus mendengarkan rakyat dan bersentuhan dengan mereka," lanjut Sukarno.
Bahkan, Soekarno minta kepada sang ajudan untuk menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu jajan di pedagang kaki lima karena lapar di tengah-tengah kegiatan turba. Jajanan yang paling dia gemari adalah sate.
Baca juga: Cerita Hasto soal Bung Karno yang Selundupkan Senjata untuk Bantu Kemerdekaan Aljazair
"Ada kalanya aku membeli sate di pinggir jalan. Kududuk seorang diri di pinggir trotoar dan menikmati jajanku dari bungkus daun pisang. Sungguh saat-saat yang menyenangkan," ucap Sukarno.
Sekelumit tentang kebiasaan turba sapaan Soekarno juga dipaparkan dalam buku "Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1967" karya Mangil. Di dalam buku itu disebutkan Sukarno sangat gembira jika keluar dari istana berbaur dengan penduduk, atau sekadar mengamati rakyatnya ketika sedang mencari rezeki.
Artikel ini sudah tayang di Historia.id pada 11 Juli 2020 dengan judul: Bung Karno yang Kesepian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.