JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengatakan Kurikulum Merdeka (Kurikulum Prototipe) dibuat untuk menghadapi adanya learning loss akibat pandemic Covid-19.
“Karena tujuan kita adalah recovery dari learning loss pandemi,” kata Nadiem secara virtual, Jumat (11/2/2022).
Nadiem menjelaskan Kurikulum Merdeka merupakan pengembangan dari Kurikulum Darurat yang dibuat pada awal pandemi Covid-19.
Saat itu, lanjut Nadiem, Kurikulum Darurat dirancang untuk menurunkan jumlah materi pembelajaran secara drastis agar para pelajar dan pengajar itu fokus mendalami topik yang paling esensial.
Ia berpandangan, implementasi Kurikulum Darurat sudah berhasil sehingga dikembangkan lagi agar lebih optimal.
“Jadi Kurikulum Merdeka itu adalah Kurikulum Darurat yang kita kembangkan supaya lebih optimal lagi,” ucapnya.
Baca juga: Kurikulum Merdeka, Nadiem Tegaskan Tak Ada Lagi Jurusan IPA-IPS-Bahasa di SMA
Lebih lanjut, ia menyampaikan soal adanya krisis pembelajaran yang dialami bangsa Indonesia selama 20 tahun terakhir yang kemudian diperparah dengan adanya pandemi.
Dari hasil analisa Kemendikbud Ristek, menurut dia, dampak learning loss membuat sekolah mengalami kehilangan pembelajaran sekitar 6 bulan dari aspek literasi.
Sementara, dari aspek numerasi kehilangan sekitar 5 bulan.
“Ini artinya banyak sekali sekolah mengalami learning loss lebih besar dari ini, ada yang enggak sebesar ini,” imbuh dia.
Baca juga: Nadiem Ganti Nama Kurikulum Protipe Jadi Kurikulum Merdeka, Mulai Berlaku Tahun Ajaran 2022/2023
Menurut Nadiem, melalui Kurikulum Merdeka yang lebih sederhana dan fleksibel dapat mengejar ketertinggalan learning loss di Tanah Air.
Adapun Kurikulum Merdeka ini akan mulai berlaku mulai tahun ajaran 2022/2023.
Namun, implementasi tersebut masih bersifat opsional sehingga sekolah diperbolehkan memilih untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kesiapannya.
"Sekarang waktunya kita punya kurikulum yang ringkas, lebih sederhana, dan fleksibel untuk bisa learning loss recovery dan mengejar ketertinggalan kita," ujar Nadiem.
Diketahui, Kurikulum Darurat atau yang sebelumnya disebut Kurikulum Prototipe ini akan membuat sekolah SMA tidak lagi terbagi menjadi jurusan IPA, IPS, atai Bahasa.
Baca juga: Bicara Ganti Menteri, Ganti Kurikulum, Nadiem: Tidak Ada Pemaksaan Kurikulum Merdeka
Dalam kurikulum itu lebih bersifat opsional dan memperbolehkan siswa memilih pelajaran yang diminatinya
Karena bersifat opsional, maka Kurikulum Prototipe hanya akan diterapkan di satuan pendidikan yang berminat menggunakannya sebagai alat untuk transformasi pembelajaran.
“Kurikulum prototipe tidak disebut sebagai Kurikulum 2022 karena pada tahun 2022 sifatnya opsional,” kata Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.