JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi mengatakan, keluhan Ketua DPR Puan Maharani yang merasa tidak disambut oleh seorang gubernur saat melakukan kunjungan kerja ke daerah bisa berdampak terhadap elektabilitas.
"Saya malah khawatir pernyataan Puan justru akan mendegradasi elektabilitas Puan yang memang kecil," kata Ari kepada Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Menurut Ari, keluhan Puan itu tidak terlepas dari adanya Gubernur non PDIP yang memang disasar karena dianggap tidak peduli dengan kehadirannya sebagai Ketua DPR. Akan tetapi, karena Puan adalah seorang politikus ternama maka pernyataannya tentu dikaitkan dengan situasi perpolitikan nasional.
"Karena saat ini setiap statement setiap tokoh nasional dikaitkan dengan atmosfer politik nasional jelang kontestasi kepemimpinan nasional akan menjadi kewajaran jika pernyataan Puan dikaitkan dengan figur Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo," ujar Ari.
Baca juga: Puan Kesal Tak Disambut Gubernur, Pengamat: Tentu Tafsiran Publik Itu Ganjar...
Ari menilai pernyataan Puan memang tidak lepas dari kebiasaan protokoler pejabat yang lazim diterima pejabat teras seperti Ketua DPR.
Akan tetapi, Ari mengatakan, di era saat ini seharusnya Puan bisa memperlihatkan sikap yang lebih luwes sebagai seorang politikus di hadapan masyarakat, dantidak terikat dengan urusan protokoler.
"Justru sebagai cucu Bung Karno, Puan harus mentradisikan 'turba' atau turun ke bawah. Incognito atau kunjungan tanpa basa-basi protokoler yang ketat," ujar Ari.
Sebelumnya, Puan mengungkapkan ada gubernur yang tidak mau menyambut dirinya saat turun ke daerah.
"Kenapa saya datang ke Sulawesi Utara itu tiga pilar bisa jalan, jemput saya, ngurusin saya, secara positif ya. Kenapa saya punya gubernur kok nggak bisa kaya begitu, justru yang ngurusin saya gubernur lain," ujar Puan saat memberikan arahan dalam rapat koordinasi tiga pilar PDI-P di Provinsi Sulut, Rabu (9/2/2022), di Luwansa Hotel, Manado.
Baca juga: Puan Kesal soal Gubernur yang Tak Bangga Saat Dirinya Turun ke Daerah: Saya Jadi Bingung
Dalam hatinya, Puan bertanya-tanya kenapa bisa ada gubernur seperti itu. Padahal, kata Puan, ia merupakan Ketua DPR ke-23 sejak 1945.
"Kenapa gitu loh, ini kan jadi pertanyaan. Kok bisa gitu, saya ini Ketua DPR ke-23 dari tahun 45 setelah ada menjabat DPR-DPR, itu saya Ketua DPR ke-23," kata Puan.
"Baru pertama kali dari PDI Perjuangan (Ketua DPR), walaupun PDI Perjuangan sudah pernah menang," tambahnya.
Baca juga: Puan: Ketemu Kepala Daerah, tetapi kayak Males-malesan. Bikin Kesel Kan?
Ia mengaku heran ada kepala daerah yang tidak bangga saat dirinya berkunjung ke daerah.
"Ke daerah ketemu kepala daerah, kepala daerahnya tidak bangga ya kepada saya, kayak males-malesan," sebutnya.
"Bikin kesel kan," kata Puan di hadapan kader PDI-P Sulut, baik eksekutif, legislatif, dan pengurus struktur partai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.