JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan jumlah kasus infeksi Covid-19 di kalangan anak-anak 0-18 tahun di tengah penyebaran varian Omicron salah satunya diduga terjadi akibat kelengahan para orangtua.
Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman, salah satu faktor yang diduga memicu lonjakan itu ketika orangtua lengah dalam penerapan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas dan interaksi). Selain itu, anak-anak berusia di atas 6 tahun belum melakukan vaksinasi.
"Banyak orangtua yang abai dalam menerapkan 5M dan anaknya belum divaksinasi," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Selain itu, Dicky mengatakan, sikap orangtua yang mengajak anak-anak bepergian atau melakukan aktivitas dengan risiko tinggi dinilai menjadi pemicu lonjakan kasus infeksi Covid-19 di tahun ketiga masa pandemi. Sebab, saat ini varian Omicron yang lebih cepat menular tengah menyebar luas.
Baca juga: IDAI Tak Sarankan Orang Tua Bawa Anak ke Tempat Keramaian Selama Lonjakan Kasus Covid-19
"Ditambah lagi di tahun ketiga ini orangtua membawa anak jalan-jalan ke mal. Karena orangtua jenuh yang jadi korban anak karena dibawa ke aktivitas berisiko tinggi," ucap Dicky.
Buat menekan peluang anak-anak terinfeksi Covid-19, Dicky menyarankan supaya para orangtua tetap menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, dia juga menganjurkan bagi orangtua yang mempunyai anak-anak berusia di atas 6 tahun supaya segera melakukan vaksinasi.
Di samping itu, Dicky berharap untuk sementara kegiatan pembelajaran kembali dilakukan secara daring (online). Dia juga meminta para orangtua belajar melakukan deteksi dini buat mengantisipasi jika anak terpapar Covid-19.
"Ini harus dipikirkan, jangan menganggap anak dibiarkan terpapar, anak tidak berisiko itu berbahaya. Menambah literasi penting dilakukan kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang proteksi anak ini," ujar Dicky.
Baca juga: IDAI: Kasus Covid-19 pada Anak Naik 10 Kali Lipat dari Januari 2022
"Selain itu, dampak psikososial dari masyarakat juga ada kalau anak usia 1-3 tahun sakit masuk rumah sakit. Mereka secara psikologis beda dengan orang dewasa, dan ini akan menimbulkan dampak yang kalau tidak dikelola baik akan menimbulkan kepanikan, kegelisahan, dan sebagainya," sambung Dicky.
Secara terpisah, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan, pada 24 Januari 2022, kasus Covid-19 pada anak yang tercatat sebanyak 676. Kemudian, pada 31 Januari 2022 jumlahnya merangkak naik menjadi 2.775. Selanjutnya pada 7 Februari jumlahnya sudah melonjak tajam menjadi 7.190 kasus.
"Kalau dibandingkan Januari sudah lebih dari 1.000 persen atau 10 kali lipat lebih ketika dibandingkan Januari 2022, dari pekan kemarin 300 persen," kata Piprim.
Piprim mengatakan, gejala Covid-19 varian Omicron yang paling sering ditemukan pada anak adalah batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan. Ia meminta orangtua waspada apabila anak mengalami batuk dan pilek karena kemungkinan tertular varian Omicron.
Lebih lanjut, Piprim mengatakan, sebagian besar anak-anak yang terinfeksi Covid-19 tanpa gejala. Oleh karenanya, ia mendorong percepatan vaksinasi Covid-19 untuk anak.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.