Selain itu Soeharto juga meminta pers dalam negeri beradaptasi dengan perkembangan dunia, terutama di bidang informasi dan komunikasi.
"Andaikata kita tidak berhati-hati, maka perubahan ini dapat menjurus ke arah pers perjuangan yang sama sekali lain. Pers akan berubah menjadi kancah perjuangan hidup dan perjuangan kepentingan, baik bagi wartawan, bagi penerbit, bagi pemilik atau bagi kelompok. Tapi tidak bagi kepentingan nasional," kata Soeharto.
Baca juga: Kala Logo Dewan Pers Dicatut untuk Sumbangan Gelap Hari Pers Nasional...
Menurut Soeharto, pers yang seperti itu, adalah pers yang kehilangan jati diri sebagai pers dari khalayak pembacanya, bangsa Indonesia. Tindak-tanduk, perilaku, teknik-teknik, kriteria berita, pertimbangan dan santun bahasanya, akan begitu saja mengikuti resep pers global yang dianggap berhasil secara komersial.
"Pers seperti itu tidak lagi mencerminkan ciri-ciri ke-Indonesia-an. Dengan demikian, bukan lagi merupakan pers nasional," tutur Soeharto.
Berita ini sudah terbit di surat kabar KOMPAS pada 10 Februari 1996 dengan judul: Presiden Soeharto: Banyak Pelanggaran Etika dalam Pers