Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dahlan Iskan Gandeng Persebaya untuk Tingkatkan Penjualan Jawa Pos

Kompas.com - 08/02/2022, 16:21 WIB
Tatang Guritno,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Periode 2011-2014 Dahlan Iskan menuturkan kedekatan Jawa Pos dan klub kebanggaan arek-arek Suroboyo, Persebaya.

Dalam program Beginu di YouTube Kompas .com, Senin (7/2/2022) Dahlan mengungkapkan, Persebaya punya andil meningkatkan penjualan Jawa Pos.

Dahlan menceritakan, mulanya Jawa Pos selalu mengkritisi Persebaya yang minim prestasi.

Baca juga: Cerita Dahlan Iskan, Benahi Jawa Pos Bermodalkan Amarah

“Persebaya itu kita gebukin terus. Enggak berprestasi, kita gebuki, tapi kok malah enggak pernah maju. Makin digebuki makin enggak maju,” tuturnya.

Kemudian Dahlan mendapatkan undangan dari pemerintah Inggris untuk melihat teknologi media massa di negara itu.

Di Inggris, Dahlan juga meminta untuk melihat pengelolaan klub sepak bola profesional. Dahlan lalu mengunjungi kantor klub Chelsea di London.

Dia lalu mempelajari pengelolaan klub yang bermarkas di London itu dan mendapatkan ide untuk turut membantu mengembangkan Persebaya.

“Karena punya kemarahan dengan Persebaya, kok jelek banget, (setelah) lihat Chelsea kemudian saya tahu, bagaimana Chelsea itu,” ungkap Dahlan.

Sesampainya di Surabaya, Dahlan lalu mengadakan pertemuan dengan jajaran Jawa Pos. Ia meminta kebijakan redaksi diubah untuk tidak lagi menyerang dan memojokkan Persebaya.

“Pulang dari Inggris, saya bilang kita berubah kebijakan, Persebaya tidak boleh kita gebuki lagi, harus kita pahlawankan,” katanya.

   

Implementasi kebijakan itu adalah membuat berbagai merchandise untuk Persebaya mulai dari sal, topi hingga kaos dengan semboyan “kami haus gol kamu.” Hal lainnya, Jawa Pos menciptakan julukan untuk Persebaya yaitu Green Force.

“Kita juga minta penyanyi Ita Purnamasari ya arek Suroboyo yang lagi naik daun, kita pasangi atribut itu. Wah orang bangga dan Persebaya maju,” sebut Dahlan.

“Jadi kita sebagai wartawan yang suka gebukin (mengkritisi) orang, belum tentu orang yang digebukin itu maju,” sambungnya disertai gelak tawa.

Kebijakan Dahlan itu membawa manfaat pula untuk Jawa Pos. Akibat dari memunculkan Persebaya sebagai ikon kebanggaan Surabaya, oplah Jawa Pos meningkat pesat.

“Itu saja (oplah) Jawa Pos naik dari 20.000 jadi 60.000 yang tahap kedua itu (karena Persebaya), sudah di situ wartawan jadi semangat,” imbuh dia.

Baca juga: Cara Ngawur Dahlan Iskan di Jawa Pos, Libatkan Istri Wartawan untuk Jualan Koran

Adapun Dahlan Iskan identik dengan Jawa Pos. Ia sempat menjabat sebagai CEO di media asal Surabaya itu.

Dahlan didapuk untuk memimpin Jawa Pos pada tahun 1982 pasca harian itu dijual oleh pendirinya The Chung Sen atau Soeseno Tedjo.

Jawa Pos kemudian dibeli oleh Grafitti yang merupakan perusahaan pencetak Majalah Tempo. Tonggak kepemimpinan diserahkan pada Dahlan yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Biro Tempo di Jawa Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com