JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2011-2014, Dahlan Iskan, menceritakan awal mula dirinya menakhodai Jawa Pos.
Cerita itu disampaikan Dahlan dalam program Beginu di YouTube Channel Kompas.com yang dirilis pada Senin (7/2/2022).
Meski tak lagi menjadi bagian dari media asal Surabaya, Jawa Timur, itu, Dahlan mengenang masa-masa perjuangannya membangkitkan Jawa Pos dari keterpurukan.
Ia juga menolak jika disebut sebagai pendiri Jawa Pos karena koran itu telah didirikan oleh seorang pengusaha bernama The Chung Sen atau Soeseno Tedjo pada 1 Juli 1949.
“Pendirinya seorang pengusaha yang ada kaitannya dengan bioskop. Dia tukang kirim film ke bioskop. Karena sering pasang iklan di koran, beliau akhirnya tahu bahwa koran itu begitu,” ucap Dahlan.
Baca juga: Ide Ngawur Dahlan Iskan Bangkitkan Jawa Pos yang Hampir Mati
Dahlan mengungkapkan, The Chung Sen sebenarnya punya tiga orang anak yang tinggal di London.
Jelang hari tua, ia sempat meminta dua orang anaknya untuk memimpin Jawa Pos. Sayang, upaya itu tak membuahkan hasil.
Lantas dalam kondisi perusahaan yang kian memburuk dan usianya yang menginjak 90 tahun, The Chung Sen menjual Jawa Pos.
Jawa Pos kemudian dibeli oleh PT Gratifitti yang merupakan penerbit dari Majalah Tempo.
“Saya waktu itu wartawan Tempo, menjadi Kepala Biro Tempo Jawa Timur, ketika Jawa Pos dijual dan dibeli Grafitti, saya diminta memimpin itu,” kata Dahlan.
“Jadi saya tidak menemukan (Jawa Pos), saya mendapatkan,” sebutnya.
Dahlan kemudian menjadi orang nomor 1 di Jawa Pos pada tahun 1982, kala itu ia baru berusia 31 tahun.
Tantangan pertama yang dihadapinya adalah membawa perubahan di Jawa Pos, baik dari sisi jurnalisme maupun aspek bisnisnya.
Dahlan menuturkan, punya banyak amarah pada nilai jurnalisme di Jawa Pos yang terkumpul sejak dirinya menjadi wartawan Tempo.
Sebab, Dahlan selalu membaca Jawa Pos setiap hari untuk mencari ide liputan yang berbeda untuk Majalah Tempo.