Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Wacana Duet Prabowo-Muhaimin Seolah "Kawin Paksa"

Kompas.com - 03/02/2022, 15:53 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai, wacana menduetkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden cenderung dipaksakan.

Khoirul berpandangan, pasangan Prabowo-Muhaimin tidak efektif untuk mengonsolidasikan pemilih karena keduanya memiliki basis pemilih loyal dengan karakteristik berbeda.

"Komposisi Prabowo-Muhaimin ini merupakan ijtihad politik yang hanya menghasilkan 'kawin paksa'," kata Khoirul saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/2/2022).

Baca juga: Wacana Duet Prabowo-Muhaimin, PKB: Banyak yang Memandang Kombinasi Ideal

Khoirul menuturkan, berkaca dari dua pemilihan umum sebelumnya, basis pemilih loyal Prabowo didominasi mereka yang berasal dari kalangan Islam konservatif.

Sementara, basis pemilih PKB adalah kalangan nahdliyin yang lebih moderat dan terbuka mengekspresikan nasionalisme dalam kerangka pikir keislaman.

"Artinya, meskipun keduanya berdiri di atas basis pemilih loyal dari segmen Islam, namun karakter keislaman pendukung mereka cukup berbeda," kata Khoirul.

Ia menyebutkan, kondisi tersebut dapat menciptakan split ticket voting atau pembelahan arah preferensi politik pemilih partai dengan pilihan capres-cawapres yang didukung partai pilihan mereka.

"Bisa tercipta split ticket voting di mesin partai politik yang menjadi rumah warga nahdliyin. Untuk Pileg bisa saja mereka tetap memilih partai-partai yang menjadi rumah NU, tapi saat pencoblosan Pilpres mereka memilih capres-cawapres justru memilih alternatif calon yang lain," ujar Khoirul.

Kendati demikian, Khoirul mengakui pasangan Prabowo-Muhaimin cukup menjanjikan apabila sekadar untuk maju pada kontestasi pemilihan presiden.

Sebab, perolehan suara Partai Gerindra dan PKB bila digabungkan telah melampaui ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.

"Jadi, pasangan Prabowo-Muhaimin cukup menjanjikan untuk membentuk koalisi, namun efektivitas mesin politik yang dihasilkan cenderung tidak akan produktif dan optimal," kata Khoirul.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengeklaim, banyak pihak yang menyebut duet Prabowo-Muhaimin sebagai kombinasi pasangan yang ideal.

Menurut Jazilul, komposisi pasangan Prabowo-Muhaimin cukup ideal mewakili unsur nasionalis-religius, sipil-militer, tua-muda.

Baca juga: Wacana Duet Prabowo-Muhaimin Dinilai Aneh, Pengamat: PDI-P Dibawa ke Mana?

Selain itu, secara pribadi keduanya juga dinilai sudah cukup akrab, meski berbeda koalisi pada saat Pilpres 2019.

Kemudian, Jazilul berpendapat bahwa dari sisi politik, kedua tokoh tersebut juga merupakan ketua umum partai politik sehingga lebih mudah melakukan konsolidasi ke struktur partai hingga tingkat bawah.

"Kita memang tidak bisa maju sendiri dan elektoral Pak Prabowo juga termasuk yang bagus. Banyak yang memandang kombinasi ini pasangan yang ideal untuk bisa mencapai kemenangan. Tapi kalau saya pribadi tetap berjuang Pak Muhaimin capres," kata Jazilul dalam keterangannya, Selasa (1/2/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com