JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko mengatakan, penyebaran Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 varian Omicron bisa tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang yang disebabkan varian Delta pada pertengahan tahun lalu.
Situasi itu sangat mungkin terjadi jika pemerintah tidak mengambil kebijakan rem darurat.
“Ya meledaknya cepat kalau tidak dilakukan pembatasan sosial. Kalau semua (orang) kena, (aktivitas) akan berhenti sendirinya. Puncak kasus akan lebih tinggi, bisa dua sampai tiga kali lipat,” kata Yunis pada Kompas.com, Kamis (3/2/2022).
Indonesia mengalami puncak penyebaran Covid-19 tertinggi pada 15 Juli 2021 yang sebabkan varian Delta. Saat itu, pernah terjadi penambahan 56.757 kasus infeksi Covid-19 dalam satu hari.
Baca juga: Kemenkes: 324 Orang Anak Terpapar Covid-19 Varian Omicron Sudah Divaksinasi Lengkap
Di sisi lain, Yunis meminta pemerintah dan masyarakat tidak meremehkan dampak varian Omicron. Ia menjelaskan tingkat keparahan varian ini tidak akan separah varian Delta, namun tetap ada kelompok masyarakat rentan yang perlu dilindungi.
“Mungkin (gejala) hanya flu untuk orang yang sudah terinfeksi sebelumnya, sudah vaksin, tapi bagi orang yang belum divaksinasi, punya komorbid dan anak di bawah 6 tahun akan berat,” paparnya.
“Jadi yang harus disadari adalah menjaga diri agar tidak menularkan pada kelompok itu,” sambung Yunis.
Dalam pandangan Yunis, saat ini Indonesia sedang menghadapi fase awal gelombang ketiga penyebaran Covid-19.
Hal itu dilihatnya dari tren penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat tiap hari.
“Awal gelombang itu saya sudah melihat dari (jumlah penambahan kasus) 2.000 menjadi 4.000 lalu menjadi 7.000. Itulah awal gelombang ketiga,” imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.