Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Pemerintah Kerja Keras Kawal Transformasi Besar Indonesia

Kompas.com - 29/01/2022, 17:10 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pemerintah sedang melakukan sejumlah transformasi besar agar Indonesia semakin kompetitif dalam menghadapi dunia yang penuh ketidakpastian dan kompetisi. Menurut Presiden, pemerintah bekerja keras untuk mengawal jalannya transformasi tersebut.

Pemerintah saat ini sedang bekerja keras mengawal beberapa transformasi besar. Kita sedang melakukan transformasi struktural agar Indonesia semakin kompetitif untuk menghadapi dunia yang hiper-kompetisi sekarang ini,” kata Jokowi saat memberi sambutan dalam Rakernas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2022 dari Istana Kepresidenan Bogor yang disiarkan secara virtual pada Sabtu (29/1/2022).

Berbagai transformasi yang dilakukan pemerintah antara lain hilirisasi industri, transformasi digital, transisi menuju energi hijau, hingga pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Sejalan dengan hal itu, lapangan kerja harus dibuka seluas-luasnya.

Baca juga: Jokowi Harapkan Kontribusi B20 dalam Percepatan Transformasi Menuju Energi Hijau

"Kita harus menyejahterakan petani, nelayan, buruh industri. Kita harus memfasilitasi agar pelaku UMKM bisa naik kelas dengan digitalisasi. Kita harus mendukung peningkatan produk-produk dalam negeri, banyak sekali hal-hal yang memang harus kita lakukan,” kata Jokowi.

Kepala Negara menekankan pentingnya investasi dalam mendukung upaya yang tengah dilakukan. Oleh karenanya, pemerintah mempermudah investasi besar, sedang, maupun kecil dari dalam maupun dari luar negeri.

Jokowi mengemukan, alasan itu yang mendasari pemerintah menetapkan Undang-Undang Cipta Kerja.

"Untuk menciptakan lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” kata Jokowi.

Presiden juga memaparkan, pemerintah sedang melakukan hilirisasi di sektor pertambangan, minyak, dan gas. Ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah yang besar di Indonesia, membuka lapangan kerja, dan sekaligus untuk menghemat devisa.

“Saya kira sudah tidak zamannya lagi, yang sejak zaman VOC kita selalu mengirim, mengekspor bahan-bahan mentah yang nilai tambahnya dinikmati negara lain,” tegasnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Resmikan Proyek Hilirisasi Batu Bara di Muara Enim

Pemerintah telah membuktikan bahwa dengan hilirisasi, nilai tambah yang didapatkan di dalam negeri menjadi sangat besar. Misalnya, hilirisasi nikel yang sejak tahun 2015 dilakukan telah memberikan dampak signifikan dari sisi ekspor maupun neraca perdagangan.

“Ekspor besi baja di tahun 2021 mencapai 20,9 miliar dolar AS, kira-kira Rp 300 triliun, meningkat dari sebelumnya hanya 1,1 miliar dolar AS di tahun 2014. Dari Rp 15 triliun kemudian meloncat kepada Rp 300 triliun, itu karena peningkatan nilai tambah di dalam negeri,” ujarnya.

Tak hanya nikel, pemerintah juga akan menghentikan secara bertahap ekspor bahan mentah barang tambang lainnya, mulai dari bauksit, tembaga, timah, hingga emas dan akan melakukan hilirasisasi.

Pemerintah juga akan melakukan hilirisasi di sektor-sektor lain, salah satunya sektor pertanian

“Petani memang harus kuat di on farm, inovasi di sektor pertanian dan peternakan harus kuat, tetapi jangan berhenti di situ, pupuk, bibit, dan lain-lain," kata Presiden.

"Kelompok tani dan peternak, koperasi petani dan peternak juga harus masuk juga ke off farm, masuk ke hilir. Sekali lagi, agar nilai tambah itu dinikmati petani karena keuntungan yang terbesar itu ada di off farm-nya dan tentu saja bisa menciptakan lapangan pekerjaan kerja baru yang semakin banyak,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Presiden menjelaskan bahwa saat ini pemerintah juga gencar melakukan transformasi ekonomi digital. Menurut Presiden, potensi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 124 miliar dolar AS.

“Kita juga telah memiliki 2.229 start up, kita memiliki 1 decacorn dan 8 unicorn, dan sudah ada 8,4 juta UMKM kita yang dalam lima tahun ini sudah masuk platform digital untuk menjual produknya, dan dipastikan data ini akan terus bertambah,” ungkapnya.

Pemerintah juga terus berupaya mewujudkan transformasi ke energi hijau. Jokowi mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 418 gigawatt, baik itu berupa geotermal, angin, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan tenaga hidro.

“Dekarbonisasi sektor transportasi juga dimulai dengan pembangunan mass urban transport, pembangunan green industrial park yang terbesar di dunia di Kalimantan Utara juga sudah kita mulai,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Prabowo Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Prabowo Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Politikus Senior PDI-P Tumbu Saraswati Meninggal Dunia, Penghormatan Terakhir di Sekolah Partai

Nasional
Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Bubar Jalan dan Merapat ke Prabowo, Koalisi Perubahan Dinilai Hanya Jual Gimik Narasi Kritis

Nasional
Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran, PPP: Tak Ada Lagi Koalisi 01 dan 03

Nasional
CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

CSIS: Pemilu 2024 Hasilkan Anggota DPR Muda Paling Minim Sepanjang Sejarah sejak 1999

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com