Terutama pada ketinggian permukaan laut hingga 37.00 kaki.
Dengan demikian, dilihat sekilas saja, maka sangat wajar bila kemudian muncul respons keliru dan miring yang mengatakan bahwa “Sama Juga Boong”.
Namun sebenarnya, kali ini paling tidak sudah ada “kemajuan” yang cukup jelas, yaitu wilayah tersebut adalah milik RI dan kemudian RI yang mendelegasikannya kepada Singapura. Menjadi jelas siapa pemiliknya.
Orang awam sama sekali tidak paham tentang ketinggian 0 sampai dengan 37.000 kaki adalah wilayah yang padat traffic-nya dan tentu saja berdampak kepada besarnya pemasukan dana bagi pelayanan navigasi.
Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa didelegasikan? Kemungkinan jawaban hanya dua, yaitu secara internasional Indonesia tidak dipercaya dalam mengelola wilayah tersebut.
Jawaban lainnya adalah kita sendiri yang tidak percaya diri untuk mengelolanya.
Diperoleh penjelasan kemudian alasannya, bahwa traffic yang padat itu didelegasikan karena menghindari fragmented kewenangan di Bandara Changi.
Penjelasan ini dapat diterima akal sehat, hanya apabila untuk ketinggian sampai dengan 10 atau 15.000 kaki saja.
Kepadatan traffic take off dan landing hanya pada ketinggian tersebut, karena di atas 15.000 kaki kepadatan traffic tidak terjadi karena sudah atau masih terpencar titik kedatangan dan keberangkatannya.
Walaupun masih dapat dipertanyakan juga bila fragmented mengapa didelegasikan, justru harusnya diambil alih seluruhnya saja sampai pihak Changi menerima matang di kawasan Changi Tower. Sekali lagi pertanyaannya mengapa didelegasikan?
Pertanyaan ikutannya adalah, apabila benar Indonesia tidak dipercaya dan atau tidak percaya diri, maka mengapa pula sampai 25 tahun dan bisa diperpanjang?
Sebuah pernyataan yang dapat dipersepsikan keliru oleh banyak pihak bahwa hal itu merefleksikan rasa rendah diri Indonesia dalam kemampuan mengelola air traffic.
Bila kita belum mampu, kiranya cukup memerlukan waktu 5 atau 10 tahun untuk mengejar kemampuan tersebut dan tidak atau jauh dari 25 tahun.
Indonesia sangat mampu mengelola air traffic yang dibuktikan dalam pengelolaam FIR Jakarta dan Makassar selama ini.
Bahkan pada titik tertentu kepadatan di Soekarno Hatta jauh di atas Changi.