JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui kapasitas uji tes Whole Genome Sequencing (WGS) Indonesia masih sangat terbatas.
Hal inilah yang menyebabkan jumlah deteksi varian Omicron di Indonesia sejak awal ditemukan, yakni 16 Desember 2021 lalu, masih sangat rendah ketimbang penambahan kasus harian Covid-19.
Budi mengungkapkan, saat ini hanya ada 12 laboratorium untuk melakukan uji tes WGS di Indonesia dengan kapasitas uji 2.000 spesimen per bulan.
Baca juga: Kepastian Tim Advance Umrah Terpapar Omicron Tunggu Hasil WGS Kemenkes
Sementara itu, laboratorium untuk melakukan uji usap (swab test) PCR di Indonesia mencapai 1.100 dengan kapasitas uji 300.000 hingga 400.000 spesimen per hari.
"Yang ini genome 2.000 sebulan. PCR selesai empat sampai enam jam saja, genome sequence bisa lima sampai enam hari. Harga PCR Rp 300.000 sekali test, ini Rp 6 juta," kata Budi dalam sesi tanya jawab dengan media yang ditayangkan YouTube, sebagaimana dilansir pada Jumat (28/1/2022).
WGS adalah prosedur laboratorium untuk menentukan urutan basa dalam genom suatu organisme dalam satu proses. WGS diperlukan untuk mengetahui jenis varian virus SARS-Cov-2.
Sejauh ini, dari total kasus varian Omicron yang terdeteksi sebanyak 1.998 sejak pertama kali terdeteksi. Sementara itu, akumulasi jumlah kasus baru Covid-19 pada waktu yang sama sebanyak 49.626 kasus.
Dengan demikian, persentase total kasus Omicron terhadap akumulasi penambahan kasus Covid-19 di Indonesia sebesar 4,02 persen.
"Kita tidak memiliki kapasitas test genome yang cukup untuk deteksi variannya. Jadi deteksi virusnya bisa, deteksi variannya lebih lama dan lebih enggak bisa," kata Budi.
"Kalau dulu waktu masih sedikit, 200 sehari, 6.000 sebulan, cukup untuk genome sequenec, kemudian 2.000 sehari sudah enggak bisa. Apalagi sekarang 8.000 sehari makin nggak bisa lagi. Karena kapasitas 2.000 sebulan," jelas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Baca juga: Dinkes DKI: 90 Persen Hasil Pemeriksaan WGS Covid-19 di Jakarta adalah Omicron
Adapun terkait dengan masa puncak penularan varian Omicron di Tanah Air Budi memperkirakan bakal terjadi di akhir Februari hingga awal Maret. Namun demikian, ia tak mengungkapkan proyeksi angka penularan pada kasus puncak tersebut.
"Kalau kita lihat pengalaman negara-negara yang sudah terkena Omicron kemudian sudah menyentuh peak dan turun, seperti Afrika Selatan, Inggris, Amerika Serikat, kisaran sejak kenaikan sampai puncak itu 35-65 jari. Jadi kalau Indonesia pertama kali kena pertengahan Desember, akhir Februari sampai awal Maret puncaknya," kata Budi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.