Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setelah 76 Tahun, Masak RI Belum Dianggap Mampu Kelola Kedaulatan di Ruang Udara Sendiri?"

Kompas.com - 27/01/2022, 18:22 WIB
Elza Astari Retaduari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan Flight Information Region (FIR) di daerah Kepulauan Riau (Kepri) dan sekitarnya yang masih dipegang oleh Singapura menjadi polemik. Komitmen Pemerintah untuk betul-betul serius mengambil alih pengelolaan ruang udara di sebagian wilayah barat Indonesia itu pun dipertanyakan.

Polemik muncul setelah adanya klaim dari Pemerintah yang mengatakan FIR di atas Kepri, Tanjungpinang, dan Natuna telah diambil alih usai dilakukannya perjanjian dengan Singpura.

FIR yang oleh dunia penerbangan internasional disebut sebagai sektor A, B, dan C tersebut dipegang oleh Singapura sejak Indonesia merdeka.

Penguasaan itu atas mandat International Civil Aviation Organization (ICAO) yang pada tahun 1946 menilai Indonesia belum mampu mengelola ruang udara di wilayah perbatasan hingga diberikan kepada Singapura.

Setelah puluhan tahun lamanya, Pemerintah Indonesia menyatakan berhasil mengambil alih FIR itu lewat perjanjian yang diteken kedua negara pada Selasa (25/1/) lalu.

Baca juga: Menyoal Pengambilalihan Ruang Udara Strategis RI dari Singapura yang Belum Berakhir

Namun ternyata, Indonesia belum betul-betul mengambil alih FIR Riau dan sekitarnya, sebab masih mendelegasikan Penyediaan Jasa Penerbangan (PJP) kepada otoritas Singapura di sebagian sektor dengan ketentuan tertentu.

Alasan pendelegasian adalah terkait masalah keamanan pesawat-pesawat yang akan terbang dari dan menuju Singapura. Sebab untuk keluar atau menuju Singapura, pesawat-pesawat ini harus melalui wilayah FIR di atas Riau.

Atas pendelegasian ini, Singapura wajib menyetorkan kutipan biaya jasa pelayanan penerbangan yang diberikan kepada pesawat yang terbang dari dan menuju Singapura kepada Indonesia. Pendelegasian PJP ini juga akan diawasi dan dievaluasi secara ketat oleh Kementerian Perhubungan.

Hanya saja, sejumlah pihak menilai pendelegasian ini seolah menunjukkan Indonesia tak juga mampu mengelola ruang udara komersial di wilayah tersebut. Padahal ada beberapa mandat yang menjadi dasar agar Indonesia mengambil alih seluruh FIR di atas Kepri, Tanjungpinang, dan Natuna dari Singapura.

"Dari tahun 1946 sampai 2022 selama 76 tahun masak kita Bangsa Indonesia masih dianggap belum mampu mengelola wilayah kedaulatan negara di ruang udara sendiri. Apakah hal itu tidaklah suatu keniscayaan? Terus kapan kita dianggap mampu?" ujar Wakil Direktur Indonesia Aviation and Aerospace Watch (IAAW), Marsda (Purn) Subandi Parto, Kamis (27/1/2022).

Baca juga: Sebagian FIR Masih Dikuasai Singapura, Kehormatan RI sebagai Negara Besar Disorot

Mantan Oditur Jenderal TNI ini lantas membandingkan FIR Singapura dan FIR Jakarta. Subandi menilai infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia punya kemampuan mumpuni jika melihat dari kaca mata perbandingan tersebut.

"Kalau dibandingkan antara FIR Singapore dan FIR Jakarta, FIR Jakarta jauh lebih sibuk. Masak seperti itu dianggap belum mampu baik SDM-nya maupun fasilitas nya. Saya percaya PT AIRNAV mampu (mengelola FIR di atas Riau)," sebutnya.

Jika masalah keamanan penerbangan dengan rute Singapura yang menjadi dasar Indonesia masih menyerahkan pengelolaan FIR di atas Riau, Subandi menyarankan agar ketentuan PJP tidak sampai ketinggian 37 ribu kaki dan dengan area lebih kecil.

"Saya sarankan pendelegasian sampai TMA (terminal approch) 60-70 NM (nautical mile) dengan ketinggian 15.000 kaki untuk mengatur separasi pendaratan di Bandara Changi dan Seletar," ucap Subandi.

Pendelegasian PJP kepada Singapura hingga 37 ribu kaki dinilai justru akan merugikan Indonesia dari sisi ekonomi, sekalipun Indonesia masih akan mendapat kutipan. Menurut Subandi, pengelolaan FIR oleh otoritas negara sendiri akan jauh lebih menguntungkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Yusril Harap Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Tak Hanya Pertimbangkan Kekuatan di DPR

Nasional
Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Eks Ajudan Ungkap Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL

Nasional
Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Yusril Bilang KIM Belum Pernah Gelar Pertemuan Formal Bahas Kabinet Prabowo

Nasional
Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Yusril Nilai Tak Semua Partai Harus Ditarik ke Kabinet Prabowo Kelak

Nasional
Cara Urus Surat Pindah Domisili

Cara Urus Surat Pindah Domisili

Nasional
Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 20 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi 'Amicus Curiae' di MK

TKN Klaim 10.000 Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi "Amicus Curiae" di MK

Nasional
Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Tepis Tudingan Terima Bansos, 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi di Depan MK Jumat

Nasional
Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Jaksa KPK Sentil Stafsus SYL Karena Ikut Urusi Ultah Nasdem

Nasional
PAN Minta 'Amicus Curiae' Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

PAN Minta "Amicus Curiae" Megawati Dihormati: Semua Paslon Ingin Putusan yang Adil

Nasional
KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

KPK Ultimatum.Pengusaha Sirajudin Machmud Hadiri Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

KSAU Pimpin Sertijab 8 Pejabat Utama TNI AU, Kolonel Ardi Syahri Jadi Kadispenau

Nasional
Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Pendukung Prabowo-Gibran Akan Gelar Aksi di MK Kamis dan Jumat Besok

Nasional
Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Menteri PAN-RB Enggan Komentari Istrinya yang Diduga Diintimidasi Polisi

Nasional
Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Juga Dilaporkan Korban ke Puspom TNI

Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Juga Dilaporkan Korban ke Puspom TNI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com