JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap kriteria Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) "Nusantara" yang bakal ia tunjuk.
Setelah sebelumnya beredar sejumlah nama, kini presiden spesifik menyebutkan sosok yang ia incar, yakni pernah memimpin daerah dan berlatar belakang arsitek.
"Paling tidak pernah memimpin daerah dan punya background arsitek," kata Jokowi saat bertemu dengan beberapa pemimpin redaksi media massa nasional di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (19/1/2022), seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Baca juga: Ini Kriteria Calon Kepala Badan Otorita IKN Menurut KSP
Pada Maret 2020 lalu, presiden sempat menyinggung empat nama yang digadang-gadang jadi pemimpin ibu kota baru, mulai dari mantan kepala daerah sampai eks menteri.
Mereka adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina, kemudian mantan Bupati Banyuwangi yang baru saja dilantik sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Abdullah Azwar Anas.
Selain itu, ada nama Bambang Brodjonegoro yang pernah menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, dan mantan Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Tumiyana.
"Kandidat memang banyak. Satu, Pak Bambang Brodjonegoro, dua Pak Ahok, tiga Pak Tumiyana, empat Pak Azwar Anas," ungkap Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020).
Baca juga: Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Ditunjuk Presiden Paling Lambat 2 Bulan Setelah UU IKN Diundangkan
Lantas, realistiskah jika Jokowi ingin IKN dipimpin sosok yang pernah memimpin daerah dan berlatar arsitek?
Membaca ini, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, hal itu bergantung pada target yang ingin dicapai presiden.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa, pernah mengungkap bahwa presiden ingin upacara peringatan kemerdekaan 17 Agustus tahun 2024 dilaksanakan di ibu kota negara baru.
Dengan target tersebut, kata Nirwono, pembangunan infrastruktur menjadi yang utama. Setidaknya, selama 2022-2024, proyek IKN akan berfokus pada pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, saluran air, air bersih, perumahan, dan gedung-gedung pemerintahan seperti istana kepresidenan dan gedung MPR/DPR.
Oleh karenanya, menurut Nirwono, kepala ibu kota baru justru harus datang dari orang yang punya kemampuan dalam pembangunan infrastruktur secara teknis, yang juga paham betul perencanaan proyek IKN.
"Yang lebih penting yang memahami pembangunan infrastruktur, ia mengetahui sejak awal perencanaan sampai dengan persiapan pembangunan," kata Nirwono kepada Kompas.com, Sabtu (22/1/2022).
Baca juga: Megaproyek Nusantara: Ngebutnya UU IKN, Beban Berat APBN dan Rakyat yang Terancam
Dengan kriteria tersebut, Nirwono menilai, akan lebih ideal jika Kepala Otorita IKN ditunjuk dari unsur Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang sejak awal mengetahui seluk beluk perencanaan pembangunan ibu kota negara.
Nirwono mengatakan, sejak 2 tahun lalu Kementerian PUPR sudah menyiapkan proyek pemindahan ibu kota, mulai dari menyelenggarakan sayembara desain IKN, hingga membentuk satuan tugas (satgas) perencanaan ibu kota negara.