Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Aksi Kamisan: Harapan Itu Sebetulnya Sudah Sirna, Kami Berkali-kali Dibohongi

Kompas.com - 21/01/2022, 15:53 WIB
Vitorio Mantalean,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Lima belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, seorang ibu bisa mengingat bagaimana anak mungil yang dulu ia antar ke gerbang sekolah dasar, kini sedang berjuang lulus dari universitas.

Kurun waktu yang sama juga cukup untuk menempatkan 3 orang presiden yang berbeda di Istana Negara.

Dan pada kurun waktu itu pula, pemandangan serba hitam senantiasa tersaji setiap hari Kamis di depan Istana Negara.

Aksi Kamisan, nama pemandangan itu, terdiri dari kumpulan orang-orang beratribut hitam yang tetap teguh menuntut tanggung jawab negara atas hilangnya nyawa orang-orang terkasih.

Baca juga: 15 Tahun Aksi Kamisan dan Negara yang Seakan Lari dari Tanggung Jawab

Orang-orang datang dan pergi dalam barisan serba hitam itu. Sebagian memilih memperjuangkan hidupnya sendiri. Sebagian lainnya pilih bergabung dengan lingkaran kekuasaan yang selama ini dikritiknya.

Namun, sebagian lain, entah bagaimana cara mereka menjaga stamina, memilih setia meskipun harapan nyaris tenggelam oleh gelombang pengkhianatan yang datang bertubi-tubi.

“Yang menyemangati saya hanya cinta,” ujar Sumarsih, salah satu perempuan setia itu.

“Saya mencintai Wawan. Saya tahu persis apa yang dilakukan Wawan.”

Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan merupakan mahasiswa Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.

Ia tewas ditembak aparat bersenjata dalam peristiwa yang belakangan dinamai Tragedi Semanggi I, 13 November 1998.

Saat itu, di basement RS Jakarta, Maria Katarina Sumarsih, bundanya, hanya dapat meraba sekujur tubuh yang sudah kaku di atas keranda itu sebagai salam perpisahan.

“Wan, kamu lapar..., oh, Wan, kamu ditembak,” ucap Sumarsih.

Dua puluh tahun lebih sudah berlalu, tapi kehilangan itu tidak pernah basi.

Atas kehilangan itu, Sumarsih bersama korban dan keluarga korban pelanggaran HAM membentuk sebuah paguyuban pada 1999.

Paguyuban itu bernama Paguyuban Korban/Keluarga Korban Tragedi Berdarah 13-15 Mei 1998, Semanggi I (13 November 1998), Semanggi II (24 September 1999), dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TruK).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’  ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Megawati Serahkan ‘Amicus Curiae’ ke MK, Anies: Menggambarkan Situasi Amat Serius

Nasional
Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Megawati Ajukan Amicus Curiae, Airlangga: Kita Tunggu Putusan MK

Nasional
Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Bupati Sidoarjo Tersangka Dugaan Korupsi, Muhaimin: Kita Bersedih, Jadi Pembelajaran

Nasional
Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Airlangga Sebut Koalisi Prabowo Akan Berdiskusi terkait PPP yang Siap Gabung

Nasional
Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Dikunjungi Cak Imin, Anies Mengaku Bahas Proses di MK

Nasional
AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

AMPI Resmi Deklarasi Dukung Airlangga Hartarto Jadi Ketum Golkar Lagi

Nasional
MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

MK Ungkap Baru Kali Ini Banyak Pihak Ajukan Diri sebagai Amicus Curiae

Nasional
Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Bappilu PPP Sudah Dibubarkan, Nasib Sandiaga Ditentukan lewat Muktamar

Nasional
Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Yusril Anggap Barang Bukti Beras Prabowo-Gibran di Sidang MK Tak Buktikan Apa-apa

Nasional
Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Panglima TNI Tegaskan Operasi Teritorial Tetap Dilakukan di Papua

Nasional
TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

TNI Kembali Pakai Istilah OPM, Pengamat: Cenderung Pakai Pendekatan Operasi Militer dalam Mengatasinya

Nasional
Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Tim Hukum Ganjar-Mahfud Tetap Beri Angka Nol untuk Perolehan Suara Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Soal Bantuan Presiden, Kubu Ganjar-Mahfud: Kalau Itu Transparan, kenapa Tak Diumumkan dari Dulu?

Nasional
Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Minta MK Kabulkan Sengketa Hasil Pilpres, Kubu Anies: Kita Tidak Rela Pemimpin yang Terpilih Curang

Nasional
Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Mardiono Jajaki Pertemuan dengan Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com