“Tim KPK langsung melakukan penangkapan dan mengamankan MR (Muara Perangin-angin), MSA (Marcos Surya Abdi), SC (Shuhanda Citra) dan IS (Isfi Syahfitra) berikut uang ke Polres Binjai,” ucap Ghufron.
Baca juga: Bupati Langkat yang Kena OTT Kader Golkar, KPK: Apesnya Saja
Dalam penangkapan tersebut, tim KPK mengamankan uang Rp 786 juta.
“Diduga uang itu hanya sebagian kecil yang diterima TRP (Terbit Rencana Perangin-angin) dari orang kepercayaannya,” tutur Ghufron.
Setelah mengamankan MR, MSA, SC, dan IS, tim KPK menuju ke rumah pribadi Terbit untuk mengamankan Bupati Langkat itu dan Iskandar PA, pihak swasta yang tak lain adalah saudara kandungnya.
Namun, rupanya Terbit dan Iskandar PA sebelumnya sudah menerima info bahwa KPK tengah mengincar mereka. Keduanya pun diduga melakukan penghindaran.
Alhasil tim KPK tak menemukan kakak beradik itu ketika tiba di rumah Terbit.
Baca juga: Jadi Tersangka KPK, Bupati Langkat Punya Harta Rp 85,1 Miliar
Namun demikian, Rabu (19/1/2022) sore, Bupati Terbit menyerahkan diri.
“Selanjutnya Tim KPK mendapatkan informasi bahwa TRP (Terbit Rencana Perangin Angin) datang menyerahkan diri ke Polres Binjai dan sekitar pukul 15.45 WIB dilakukan permintaan keterangan terhadap yang bersangkutan,” ucap Ghufron.
“Para pihak yang ditangkap beserta barang bukti uang sejumlah Rp 786 juta kemudian dibawa ke Gedung Merah Putih KPK untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan,” tutur dia.
Terkait hal ini, KPK membantah bahwa terjadi kebocoran informasi terkait OTT.
Menurutnya, Terbit melarikan diri karena mendapatkan informasi ketika OTT dilakukan di lokasi pertama yaitu di sebuah kedai kopi.
"Tidak ada kebocoran dari mana-mana, apalagi dari sumber dari dalam. Karena ini penyelidikan sudah cukup lama, sudah dari tahun 2020," kata Deputi Penindakan KPK Karyoto dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis, (20/1/2022).
Ia memastikan tidak ada sumber mana pun yang membocorkan informasi terkait OTT.
Baca juga: Ryamizard Ryacudu, Veteran Perang di Pusaran Kasus Proyek Satelit Kemenhan
"Sebenarnya tidak bersumber dari mana-mana, tapi dari lapangan saja. Ketika orang sudah ditangkap, kepanikan orang akan terlihat kemana-mana," kata Karyoto.
"Mungkin satu yang sempat pegang handphone langsung memberitahukan dan lain-lain," lanjut dia.