"Eh, jangan tunjuk-tunjuk," balas Wasniar bersamaan dengan Arteria.
Perselisihan keduanya pun memanas hingga ibunda Arteria menyebut Anggiat tak punya sopan santun sama sekali. Anggiat membalasnya dengan kata-kata yang tidak sopan.
"Kamu kok ngata-ngatain gila sih? Kamu yang gila," ucap perempuan itu.
Baca juga: Lima Mobil di DPR Berpelat Mirip Polisi, Mabes Sebut Salah Satunya Milik Arteria Dahlan
Dalam video itu, Arteria nampak mempertanyakan siapa orang tua Anggiat. Ia juga berulang kali menyebut akan memperpanjang urusan tersebut.
Benar saja, tak lama setelahnya kedua pihak membuat laporan ke kepolisian. Baik pihak Arteria maupun Anggiat sama-sama mengaku tersinggung atas perkataan satu sama lain.
Namun demikian, perseteruan tersebut berakhir damai setelah Anggiat meminta maaf ke Arteria dan ibundanya. Permintaan maaf itu disampaikan Anggiat langsung di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (25/11/2021).
Dalam pertemuan itu, Anggiat bersalaman serta mencium tangan Arteria dan Wasniar sambil menangis.
Pada November lalu, pernyataan Arteria juga sempat menuai kontroversi. Ia menyatakan bahwa polisi, jaksa, dan hakim semestinya tidak bisa ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Arteria beralasan, ketiganya merupakan simbol negara dalam penegakan hukum.
Baca juga: Polda Metro Gencar Tindak Mobil Berplat Khusus RF, DPR Siap Backup
OTT selama ini juga dinilai membuat gaduh dan menyebabkan rasa saling tidak percaya antarlembaga. Oleh karenanya, menurut Arteria, OTT hendaknya tidak dimaknai sebagai satu-satunya cara melakukan penegakan hukum.
"Sebaiknya aparat penegak hukum, polisi, hakim, jaksa, KPK, itu tidak usah dilakukan instrumen OTT terhadap mereka. Alasannya pertama mereka ini adalah simbolisasi negara di bidang penegakan hukum, mereka simbol-simbol, jadi marwah kehormatan harus dijaga," kata Arteria saat dihubungi, Jumat (19/11/2021).
Pernyataan Arteria itu langsung dihujani kritik yang bahkan datang dari pimpinan Komisi III sendiri.
Pada 2019 lalu, sikap Arteria juga menuai kritik publik. Dalam acara Mata Najwa yang ditayangkan Trans 7 pada 9 Oktober 2019, ia berdebat dengan ekonom senior Emil Salim.
Dalam perdebatan itu, Arteria berulang kali menuding Emil sesat karena Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto itu menyebut bahwa KPK menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap tahun. Bahkan, tudingan itu dilemparkan Arteria sembari menunjuk-nunjuk Emil.
"Tidak ada, Prof. Prof sesat nih," kata Arteria sambil menunjuk-nunjuk Emil.
Baca juga: Pimpinan DPR Minta Pemerintah Konsisten, Proyek Ibu Kota Tak Bebani APBN