Lalu, channel 4 yang berfungsi merekam mikrofon area kokpit, merekam “nada yang menonjol” dengan frekuensi sekitar 400 Hertz. Nada ini disebut mengganggu semua sinyal audio lain, sehingga data audio yang direkam menjadi tidak dapat dimengerti.
KNKT menyebut, nada menonjol pada frekuensi 400 Hertz ini juga didapati pada pengunduhan CVR pada 2019 di Garuda Maintenance Facility dan pada 2020 di fasilitas milik Sriwijaya Air.
Tapi, hasil dari pengunduhan pada 2019 dan 2020 itu dinyatakan normal.
Sebagai tanggapan atas investigasi ini, Garuda Maintenance Facility memasukkan daftar ceklis baru dalam pemeriksaan CVR, yakni keharusan untuk memeriksa kualitas gelombang suara dan durasi rekaman pada setiap channel.
2. Ada memori yang hilang
Terdapat pengujian yang terpaksa berhenti, yakni uji data riwayat penerbangan dalam instalasi Enhanced Ground Proximity Warning System (EGPWS) pesawat terbang Boeing 737-500 itu.
EGPWS sendiri adalah sistem peringatan kedekatan dengan darat.
EGPWS dirancang untuk memperingatkan pilot jika pesawat mereka menjumpai halangan (obstacle) atau dalam bahaya karena terbang menuju tanah.
KNKT menyatakan, EGPWS yang terpasang di pesawat terbang tersebut awalnya telah ditemukan dan dikirim ke Honeywell Aerospace Facility di Redmond, Washington, Amerika Serikat, guna pengujian lebih lanjut.
Baca juga: Perjalanan Panjang Penemuan CVR Sriwijaya Air SJ 182 yang Jatuh di Kepulauan Seribu...
Terungkap, bagian tersebut rusak parah. Beberapa bagian sasis dan kumpulan sirkuitnya hilang, cacat, dan tergores.
Melalui berbagai proses, EGPWS itu akhirnya bisa dilepaskan dari mounting-nya. Kemudian, kumpulan kartu sirkuit (circuit card assemblies, CCA) dalam unit itu dilepaskan dari sasis dan diperiksa.
“Pada EGPWS versi ini, data riwayat penerbangan tersimpan dalam cip memori di pengontrol A2 CCA. Namun, karena sejumlah komponen hilang dari A2 CCA, termasuk cip memori, maka tidak ada pengujian lebih lanjut yang dapat dilakukan pada unit ini,” tulis KNKT.
3. Simulasi kecelakaan 2 kali
Simulasi kecelakaan dilakukan 2 kali berdasarkan pada FDR (flight data recorder) dan CVR pesawat, menggunakan simulator pelatihan terbang.
KNKT menjelaskan, simulasi-simulasi ini memiliki beberapa tujuan, termasuk di antaranya mencari informasi terkait malfungsi sistem pesawat terbang, aktivitas pilot dan beban kerjanya selama penerbangan, hingga upaya penanganan ketika pesawat terbang bermasalah.