JAKARTA, KOMPAS.com – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan bahwa simulasi kecelakaan pesawat terbang Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 silam tengah diupayakan, sebagai bagian dari investigasi.
Simulasi kecelakaan ini berdasarkan pada FDR (flight data recorder) dan CVR (cockpit voice recorder) pesawat Boeing 737-500 itu, menggunakan simulator pelatihan terbang.
KNKT menjelaskan, simulasi-simulasi ini memiliki beberapa tujuan, termasuk di antaranya mencari informasi terkait malfungsi sistem pesawat terbang, aktivitas pilot dan beban kerjanya selama penerbangan, hingga upaya penanganan ketika pesawat terbang bermasalah.
Baca juga: Investigasi Sementara KNKT, Ini Isi Rekaman Kokpit Sriwijaya Air yang Jatuh di Kepulauan Seribu
Dalam “pernyataan sementara perdana” (1st interim statement) yang dipublikasikan pada 13 Januari 2022, KNKT menyebut bahwa simulasi telah dilakukan 2 kali.
KNKT menjelaskan, simulasi-simulasi ini memiliki beberapa tujuan, termasuk di antaranya mencari informasi terkait malfungsi sistem pesawat terbang, aktivitas pilot dan beban kerjanya selama penerbangan, hingga upaya penanganan ketika pesawat terbang bermasalah.
“Upaya simulasi perdana dilakukan di Las Vegas Flight Academy di Henderson, Nevada, Amerika Serikat pada 27 Oktober 2021, dihadiri oleh KNKT, National Transportation Safety Board (NTSB, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional) AS, Federal Aviation Administration (FAA), dan Boeing,” tulis KNKT.
Baca juga: Memori Hilang, Investigasi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 pada Bagian Ini Tak Bisa Dilanjutkan
“Simulator tidak berekasi serupa dengan kecelakaan terbang, khususnya saat terjadinya ‘gaya dorong asimetris’. Simulasi mengungkapkan bahwa konsol tuas dorong tidak dipantau secara ketat oleh pilot,” beber KNKT dalam laporannya.
Simulasi diulang di NAM Training Center, Jakarta, 7 Desember 2021, dihadiri oleh pihak KNKT dan Sriwijaya Air.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.