KNKT menyebut, nada menonjol pada frekuensi 400 Hertz ini juga didapati pada pengunduhan CVR pada 2019 di Garuda Maintenance Facility dan pada 2020 di fasilitas milik Sriwijaya Air.
“Hasil dari kedua rekaman tersebut dinyatakan normal,” ungkap KNKT.
Baca juga: GFP: Militer Indonesia Terkuat Ke-15 di Dunia, di Atas Australia hingga Israel
Menindaklanjuti hal itu, Garuda Maintenance Facility disebut telah memperbarui ceklis pemeriksaan CVR.
Ceklis tersebut kini memasukkan kebutuhan untuk memeriksa kualitas gelombang suara dan durasi rekaman pada setiap channel.
Dari sejumlah investigasi yang dilakukan, KNKT belum memberikan kesimpulan akhirnya, hanya melaporkan perkembangan terkini saja.
Investigasi yang belum berkesimpulan yakni berkaitan dengan autothrottle computer, autothrottle servo, flight control computer (FCC), uji kecocokan sinyal flight spoiler surface position & flight spoiler position yang diterima autothrottle computer, serta simulasi kecelakaan berkaitan dengan FDR (flight data recorder) dan CVR (cockpit voice recorder) pesawat.
KNKT memastikan investigasi berlanjut dengan data dan analisis berdasarkan informasi yang telah dihimpun saat ini.
Investigasi lanjutan akan berkisar pada penyebab masalah tuas dorong, riwayat perawatan sistem autothrottle, kinerja pilot dan pelatihannya dalam mencegah dan menangani gangguan, kemungkinan masalah operasional akibat kelalaian manusia, dan masalah organisasi.
Namun, KNKT memastikan tetap membuka peluang investigasi jika ditemukan masalah lain di kemudian hari.
“Rencananya, investigasi ini akan dipublikasikan secara final tidak lewat dari Januari 2023,” tulis KNKT.