Budi mengatakan, pengalaman dari negara lain menunjukkan bahwa lonjakan dan penurunan kasus Omicron lebih cepat.
Baca juga: Sebaran 84 Kasus Omicron Transmisi Lokal, DKI Terbanyak
"Yang penting jaga prokes (protokol kesehatan), disiplin melakukan surveilans dan percepat vaksinasi bagi yang belum dapat vaksinasi,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, transmisi kasus Omicron akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varian Delta, namun pihaknya sudah menyiapkan berbagai upaya untuk menekan lonjakan kasus.
"Kami juga bekerja sama dengan 17 platform telemedicine untuk memastikan agar orang yang dirawat di rumah tetap mendapatkan akses konsultasi kedokteran, dan juga mendapatkan akses untuk delivery obat," ucapnya.
Sementara itu, ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman mengatakan, dalam menghadapi gelombang Covid-19 ini, pemerintah harus memastikan cakupan vaksinasi Covid-19 di masyarakat meningkat dan memberikan vaksinasi lanjutan atau booster untuk lansia dan kelompok rentan.
"Februari Maret ini (prediksi lonjakan kasus) momen di mana mayoritas penerima vaksin kita yang memiliki imunitas itu akan menurun karena kan rata-rata itu 7 bulan itu akan menurun proteksi," kata Dicky saat dihubungi, Senin.
Dicky mengatakan, membangun antibodi yang paling efektif adalah melalui vaksinasi Covid-19, bukan setelah seseorang terinfeksi virus corona.
Baca juga: Luhut: Bukan Tak Mungkin RI Alami Gelombang Baru Covid-19 akibat Omicron
"Gelombang ketiga Covid-19 dicegahnya dengan tingkatkan imunitas, tapi tidak dari infeksi Covid-19, itu salah kaprah dan tidak etis, yang meningkatkan imunitas itu dengan vaksinasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Dicky mengatakan, upaya mitigasi baru ditingkatkan adalah testing, tracing, dan treatment dan penerapan protokol kesehatan dapat meredam lonjakan Omicron, khususnya terhadap kelompok rentan.
"Kita belajar dari kasus di Eropa dan Amerika yang mulai ada beban di fasyankes mungkin cakupan vaksinasi jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia dalam kaitan dua dosis, bahkan booster sekalipun," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.