JAKARTA, KOMPAS.com - Partai-partai politik mulai melakukan pemanasan jelang pemilihan umum 2024. Sejumlah parpol tampak mulai melakukan strategi promosi yang berbeda dalam pemilu kali ini.
Menyasar anak muda yang memiliki basis suara terbesar pada pemilu 2024, partai-partai seakan berlomba menampilkan diri dengan wajah baru yang lebih "fresh" dan berusaha tampil menyenangkan.
Media sosial Tiktok pun disasar. Banyak partai kini mulai membuat video-video TikTok yang menampilkan anak-anak muda berjoget menggunakan atribut partai, baik partai besar maupun partai baru.
Video mereka pun viral di media sosial. Tak banyak yang mengkritik lantaran yang ditampilkan hanya perempuan-perempuan muda, tapi minim substansi isu yang diangkat partai itu untuk anak muda.
Efektifkah cara ini menjaring suara anak muda?
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio memandang, video dengan konten anak muda yang diklaim sebagai milenial mempromosikan partai politik tak bakal signifikan menaikkan elektabilitas.
Menurut Hendri, konten-konten tersebut hanya bisa meningkatkan popularitas.
"Kalau berdasarkan hasil penelitian disertasi saya, media sosial itu tidak signifikan korelasinya dengan elektabilitas. Jadi kalau dipilih media sosial (untuk meningkatkan elektabilitas), bukan media yang tepat. Untuk popularitas, iya," kata dia kepada Kompas.com, Minggu (9/1/2022) malam.
Baca juga: PDI-P Dapat Dana Bantuan Parpol Terbanyak dari Pemprov DKI, Ini Aturannya...
Hendri pun menjelaskan, lantaran hanya untuk meningkatkan popularitas, sangat wajar konten-konten yang diunggah para kader milenial menjadi minim substansi.
Padahal sebetulnya, bila serius ingin menyasar para pemilih pemula untuk meningkatkan keterpilihan, partai politik bisa memilih isu tertentu yang diminati anak muda.
"Jadi kalau nirsubstansi ya wajar, karena yang dicari memang hanya popularitas," kata Hendri.
Hal senada diungkapkan oleh pengamat politik dari Uversitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin.
Ujang mengatakan, konten-konten yang diunggah oleh para kader milenial tak bersifat mengedukasi masyarakat.
Para kader milenial ini hanya mengikuti tren yang sedang berlangsung, tetapi tak dimanfaatkan untuk diisi dengan konten-konten yang berbobot dan mendidik.
Baca juga: Anggota Komisi III Usul Partai Politik Disanksi jika Kadernya Korupsi, tapi...
Padahal, para kader milenial ini bisa mengangkat beberapa isu yang kerap dibahas oleh calon pemilih dari generasi milenial maupun generasi Z, seperti isu terkait dengan tenaga kerja, pendidikan, hingga cerita-cerita tokoh sukses.
"Jadi (konten TikTok) belum tentu bisa meraih para pemilih pemula. TikTok hanya sarana sosialisasi saja. Soal pilihan pemula itu tidak didasarkan atas nonton TikTok, tetapi memberikan bukti kinerja nyata pada mereka," ujar Ujang.
Generasi Milenial adalah potensi dan kekuatan, Penerus Estafet Politik di Negeri ini
Ketika Senior mereka berkata "Politik itu kejam" mereka berkata politik itu asik
1. Milenial PKB pic.twitter.com/5xGEFGK5b4
— Miss Tweet ???? (@Heraloebss) January 7, 2022
Video dengan konten anak muda mempromosikan partai politik beredar di media sosial sepanjang pekan lalu. Video dengan durasi pendek itu diunggah di TikTok dan diunggah ulang di media sosial lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.