PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan jajarannya untuk memulai vaksinasi booster Covid-19 pada 12 Januari 2022. Kriteria yang dipakai adalah kinerja vaksinasi dosis pertama dan kedua Covid-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut ada 244 kabupaten kota di Indonesia yang memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah untuk penentuan daerah prioritas penerima vaksin booster Covid-19.
Baca juga: Presiden Jokowi Putuskan Vaksinasi Booster Dimulai 12 Januari 2022
Kriteria itu adalah minimal 70 persen vaksinasi dosis pertama Covid-19 dan 60 persen vaksinasi dosis kedua Covid-19. Adapun kelompok penerima yang diprioritaskan adalah para lansia. Sasaran awal, 21 juta penerima vaksin booster Covid-19.
Persentase sebagai acuan bukan sekali atau dua kali memperlihatkan kebrutalan kenyataan. Kriteria ini pun bukan perkecualian. Jawa Barat dapat menjadi contoh kasus, seperti halnya tiap kali menjelang hajatan pesta demokrasi.
Jangan patah arang dulu ya, tapi....
Jawa Barat hingga saat ini masih menjadi provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Memiliki 27 kabupaten kota, jumlah penduduk per wilayahnya pun beragam.
Ketika persentase dipakai, kinerja yang sudah lintang pukang pun bisa jadi belum memberikan hasil sesuai harapan dan perkiraan, terutama bila yang dibahas adalah wilayah dengan jumlah penduduk dan luasan daerah besar.
Baca juga: Vaksinasi Booster Dimulai 12 Januari untuk Usia di Atas 18 Tahun
Yang terjadi, dari 27 kabupaten kota di Jawa Barat, baru sembilan daerah yang memenuhi kriteria pemerintah untuk dapat masuk daftar prioritas wilayah penerima vaksin booster Covid-19.
Seperti dapat dilihat pada slide kedua infografik di atas, daerah yang belum memenuhi ambang batas minimal kinerja vaksinasi Covid-19 tidak semuanya menyodorkan angka-angka mengenaskan.
Terlihat, bahkan angka teramat besar dibandingkan wilayah lain seperti milik Kabupaten Bogor pun masih tidak mencukupi untuk memenuhi kriteria minimal yang ditetapkan pemerintah.
Meskipun, ada juga daerah dengan populasi minimalis yang tak mampu memenuhi kriteria itu.
Sebagai warga, yang kita lakukan adalah mendorong otoritas pelaksana vaksinasi Covid-19 untuk memastikan pasokan dan akses vaksin Covid-19. Bertanya baik-baik saja dulu.
Namun, pasokan dan akses juga tak akan berguna jika warga menolak vaksinasi. Kita bisa turun tangan untuk mengajak, mendorong, dan berbagi edukasi tentang pentingnya vaksinasi buat mengadang serbuan aneka varian Covid-19.
Baca juga: 3 Opsi Vaksinasi Booster yang Dimulai 12 Januari 2022, Ada yang Berbayar
Bukan semata kita jadi kesulitan masuk rombongan prioritas mendapatkan vaksin booster Covid-19 ketika membahas perlunya kinerja vaksinasi hingga ke level yang ditentukan pemerintah. Yang lebih penting daripada alokasi prioritas itu adalah imunitas populasi.
Kalau yang vaksin cuma kita-kita saja, manfaatnya enggak akan terlalu optimal. Vaksin baru akan memperlihatkan kesaktian optimalnya bila setidaknya 70 persen populasi memiliki antibodi, yang salah satunya bisa didapat lewat vaksinasi ini.
Vaksin booster Covid-19 memang baru mencuat belakangan. Walaupun, belakangan untuk situasi pandemi Covid-19 pun enggak jauh-jauh amat jeda waktunya dengan awalan.
Dalam perjalanan serbuan SARSCoV-2 penyebab Covid-19 ini telah membuat dunia gulung koming dua tahun terakhir. Korban jiwa berjatuhan dari seantero Bumi. Ekonomi tersendat bahkan mandek di situasi terburuk pandemi ini.
Dalam sejarah penyakit di dunia, Covid-19 menjadi pagebluk yang menghadirkan vaksin dalam tempo teramat cepat. Sejumlah prosedur dipermudah demi segera hadirnya vaksin ini.
Baca juga: Mimpi Vaksin Covid-19 Segera
Tentu, hasil yang didapat juga tidak sepresisi vaksin lain. Sasaran awal yang dikejar dari vaksin Covid-19 adalah meminimalkan angka kematian dan mengurangi tingkat kesakitan akibat wabah ini.
Huru-hara sedunia sejak awal 2020 sudah bersiap reda, varian baru malah tiba. Varian delta pun terbukti lebih ganas. Lonjakan kasus dan angka kematian membumbung tinggi di medio Juni 2021.
Baru mulai bernapas lega ketika karakter varian delta Covid-19 bisa lebih dipetakan, muncul varian omicron. Yang ini, penyebarannya lebih cepat meski disebut tingkat kesakitan yang ditimbulkan tidak seganas varian delta.
Tetap saja, pada hari-hari ini angka kasus baru harian Covid-19 tersebab varian omicron sudah menembus rekor baru di tataran global.
Seruan untuk segera diberikannya vaksinasi booster pun menyeruak, disokong aneka riset terhadap daya tangkal vaksinasi dosis pertama dan kedua Covid-19.
Baca juga: Menkes: Kita Butuh 230 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Booster
Dari banyak data yang terkumpul dalam dua tahun terakhir, para pakar kesehatan dunia semakin condong menyuarakan bahwa vaksinasi adalah tameng yang tersedia sekarang untuk menghadapi serbuan beruntun varian Covid-19.
Pembatasan perjalanan diakui tak akan terlalu efektif lagi di saat pandemi sudah berkembang dan meluas sejauh ini. Meskipun, bukan berarti bepergian sudah bisa kembali seleluasa sebelum pandemi menyerbu.
Membangun imunitas dan antibodi lewat vaksinasi—tentu enggak ada yang bercita-cita punya antibodi lewat jalan sakit dulu juga, bukan?—bak melengkapi "persenjataan harian" protokol kesehatan dengan disiplin jaga jarak dan mengenakan masker.
Baca juga: Kemenkes: Lansia dan PBI BPJS Kesehatan Bisa Dapat Vaksin Booster Gratis
Maukah kita menjadi bagian dari penduduk dunia untuk bersama-sama menangkal Covid-19 dengan membangun imunitas melalui vaksinasi?
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.