Atau bak Shri Kresna menyiasati kemenangan Pandawa. Semua strategi perang, dia ajarkan. Dengan manhaj tersebut, pihak Pandawa memetik kemenangan demi kemenangan, dari hari pertama hingga hari ke-18 Perang Bratayudha.
Kisah dalam Mahabharata itu adalah bagian dari kerusakan alam semesta, sehingga Kresna wajib menjaganya dengan memenangkan Pandawa di padang muktamar Kurushetra.
Atau contoh yang lebih legendaris di dunia NU dan pesantren adalah kisah Mbak Cholil Bangkalan yang memberi restu dan doa kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari. Si Mbah memberi isyarat dengan tongkat dan tasbih yang dikirimkan lewat KHR As'ad Syamsul Arifin.
Kalau "berambisi" ingin jadi rais akbar pertama, bisa jadi Mbah Cholil minta pendirian NU dilakukan sebelum wafat di usia105 tahun, pada 29 Ramadhan 1341 H atau 14 Mei 1923 M. Buktinya, tiga tahun kemudian, yakni 1926, NU baru lahir.
"Kurushetra" NU sudah usai, tapi energi Kiai Said sulit diukur. Perolehan suaranya di muktamar yang berada hanya satu digit di bawah Gus Yahya, menunjukkan betapa sangat kuatnya ahli tasawuf ini.
Kalau tidak karena desakan regenerasi, tak akan mudah bagi Gus Yahya menggerus suara dukungan pada Kiai Said. Namun, tahun-tahun pengabdian Kiai Said yang panjang di Tanfidziyah dan Syuriyah, telah membantu Gus Yahya bisa mengenal lebih dalam kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan sang "lawan."
Dengan modalitas ini semua, sosok Kiai Said, beyond kepemimpinannya selama dua periode di PBNU. Ia butuh institusi "lanjutan" agar energinya yang melimpah tetap termanfaatkan untuk bangsa.
Setelah khidmah sekian lama di jam'iyyah ijtima'iyah, institusi penjaga moral dan ifta akan sangat beruntung jika menimba keilmuan Kiai Said. Lembaga yang merepresentasi semua ormas Islam.
Ketika paham dan praktek keagamaan Islam transnasional masuk Indonesia seperti air bah, Kiai Said adalah tokoh nasional berkelas internasional yang berdiri di garda terdepan.
Dengan lugas, Kiai Said menghadapi mereka. Bagi sementara kalangan, berurusan dengan Kiai Said membutuhkan keberanian ekstra. Dia sangat menguasai sejarah pemikiran dan mazhab dalam Islam. Doktor akidah dan filsafat dari Umm Quro Mekkah.
Tak hanya soal agama, dia diketahui sering terlibat dalam gerakan antidiskriminasi dan berjuang bersama tokoh-tokoh lintas agama. Karena integritasnya, pengasuh pesantren luhur At Tsaqafah ini, pernah duduk sebagai komisioner Komnas HAM.
Kiai Said juga merupakan anggota di TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) kerusuhan Mei 1998. Bahkan, dalam satu dekade terakhir, dialah salah seorang tokoh paling berpengaruh di dunia Islam.
Di mana bisa diharapkan Kiai Said melanjutkan perannya? Menimbang kapasitas kepemimpinan, otoritas keilmuan serta pengalamannya dalam urusan agama dan pemeluknya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bisa menjadi pelabuhan Kiai Said setelah PBNU.
Sebagai majelis yang, antara lain, berfungsi sebagai rumah fatwa alias daarul ifta, MUI akan sangat beruntung jika bisa memiliki sosok seperti Kiai Said yang alim allamah.
Kalau wacana tidak rangkap jabatan yang dilontarkan tim ahwa pemilihan Rais Aam PBNU bisa dilaksanakan, maka terbuka peluang Kiai Said duduk sebagai Ketua Umum MUI.