Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

Kiai Said Aqil Siradj "Beyond" PBNU

Kompas.com - 27/12/2021, 07:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUKTAMAR ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, sudah berakhir. Kaderisasi, regenerasi dan suksesi berlangsung dengan baik dan dinamis. Kepemimpinan beralih dari Prof Dr KH Said Aqil Siradj ke muridnya, kadernya, suksesornya, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.

Bahwa tetap maju sebagai kandidat dalam pemilihan ketua umum, itu tak lebih dari cara Kiai Said memastikan sudah tiba waktunya Gus Yahya menerima tongkat estafet.

Setelah dalam tahap penjaringan calon ketua umum Gus Yahya menangguk suara melampui suara dukungan kepada dirinya, Kiai Said kian merasa lega. Sebagai "syaikhul masyayikh" di PBNU, Kyai Said semakin yakin bahwa Gus Yahya benar-benar siap.

Baca juga: Sampaikan Terima Kasih ke Said Aqil, Yahya Staquf: Keberhasilan Ini Milik Beliau

Dengan langkah bak "mufti agung" NU, Kiai Said maju, berdiri di depan pelantang, memegang microphone, lalu berujar "Saya siap maju ke pemilihan ketua umum." Pernyataan itu disambut riuh rendah.

Dari balik maskernya, muktamirin dapat membayangkan senyum Kiai Said. Senyum yang khas, tulus, dan penuh keakraban. Kiai Said senang, secara prosedural dan substansial, demokrasi syuro di NU terjaga dan berjalan dengan baik dan benar.

Dia sudah menghitung, Gus Yahya akan mendapat mandat, bukan hanya dari dirinya sebagai the big mentor, tapi yang paling penting dari muktamirin. Dan benar, Gus Yahya tetap leading.

Tafsir isyaari

Dada Kiai Said meluas. Tarikan nafasnya panjang. Syaraf-syaraf di wajahnya mengendur dan rileks. Bahagia lahir batin. Penting diperhatikan, selain Gus Yahya, dapat dipastikan belum muncul kader lain yang cukup kualifikasi, dan bisa meruntuhkan dominasi Kiai Said dari PBNU.

Dia adalah tokoh penuh pengaruh, kurang lebih 27 tahun mengabdi di jajaran elite PBNU. Figur besar dengan ilmu pilih tanding, jaringannya luas, aksesnya tak diragukan. Tokoh yang yang komplit!

Kiai Said telah menetapkan standar. Dan standar itu adalah dirinya sendiri. Siapa bisa berkontestasi dengannya, maka kader tersebut memang benar-benar pantas meneruskan kepemimpinan di jam'iyyah diniyah dan ijtima'iyah dengan jemaah terbanyak di dunia itu.

Yang pertama-tama didapat Gus Yahya dalam tahapan ini adalah restu dan doa. Terbukti, Kiai Said tak pernah menarik restunya dari Gus Yahya, dan doanya diijabah. Dua hal itu, sangat utama di dunia pesantren. Dunia santri dengan kiainya. Dunia NU.

NU kaya akan perlambang. Restu dan doa adalah isyarat tertinggi dalam kehidupan rohani dan spiritual nahdliyin.

Sembari memberi jalan kepada Gus Yahya untuk menebalkan kadar pengenalan dan kepercayaan umat di tingkat wilayah, cabang, majelis wakil cabang, ranting dan anak ranting, lewat jalan "senyap", Kiai Said menyusun sendiri tahapan suksesi.

Saat hasil penjaringan diumumkan, tak ada nama kader yang "sesakti" dengannya selain Katib Aam, Gus Yahya Staquf.

Simbol itu mudah terbaca. Bagaimana menjelaskannya? Yaitu dengan ulumut tafsir, cara yang biasa digunakan pesantren dalam memaknai teks, yakni tafsir bil ma’tsûr, tafsîr bir ra’yi, dan tafsir isyaari.

Lewat tafsir terakhir, dapat dipahami, Gus Yahya dan Kiai Said saling berdialog lewat simbol. Ketika menyingkirkan PKI, Bung Karno memperhadapkannya dengan TNI Angkatan Darat. Presiden Pertama RI itu tumbang tapi bangsa terselamatkan.

Baca juga: Saat Yahya Staquf Cium Tangan Said Aqil yang Ia Ungguli di Pemilihan Ketum PBNU...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangi Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com