JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo tak tinggal diam ketika mendengar kritik yang disampaikan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas.
Ia langsung merespons kritik yang dilontarkan Anwar tentang tingginya kesenjangan masyarakat, hingga ketimpangan penguasaan lahan.
Peristiwa itu terjadi dalam Kongres Ekonomi Umat Islam II MUI, Jumat (10/12/2021). Jokowi mengaku sengaja tak membaca teks sambutan yang sudah disiapkan demi menjawab kritik Anwar.
"Tadi saya disiapkan bahan sambutan seperti ini banyaknya. Tapi setelah saya mendengar tadi Dr Buya Anwar Abbas menyampaikan, saya enggak jadi juga pegang ini," kata Jokowi.
Baca juga: Sosok Anwar Abbas, Waketum MUI yang Lempar Jawab Kritik dengan Jokowi
"Saya akan jawab apa yang sudah disampaikan oleh Dr Buya Anwar Abbas. Akan lebih baik menurut saya di dalam forum yang sangat baik ini," tuturnya.
Sebaliknya, saat membuka pidato, Anwar Abbas mengaku sempat diperingatkan Jokowi untuk tak bicara terlalu keras.
"Tadi saya diingatkan Pak Jokowi, 'Pak Anwar Abbas, ngomong-nya jangan keras-keras, Pak'. Apalagi tadi ketika bertemu dengan Menteri Agama, ya berapa teman langsung mengambil momen gitu kan. Saya rasa Pak Presiden sama Pak Menteri Agama adalah orang yang sudah kebal ya bagi beliau kritik itu," kata dia.
Anwar Abbas mengawali pidatonya dengan menyampaikan kritik tentang kesenjangan kesejahteraan masyarakat.
Menurut dia, banyak rakyat yang kini sudah sejahtera. Namun, hanya dari kalangan tertentu saja.
Tingginya kesenjangan itu terbukti dari masih besarnya angka indeks gini ekonomi dan indeks gini bidang pertanahan.
Anwar menyebutkan, sebagian besar lahan di Indonesia dikuasai oleh kalangan tertentu saja.
"Dalam bidang pertanahan, indeks gini kita sangat memprihatinkan itu 0,59. Artinya, 1 persen penduduk menguasai 59 persen lahan yang ada di negeri ini. Sementara yang jumlahnya 99 persen itu hanya menguasai 41 persen lahan yang ada di negeri ini," kata Anwar.
"Padahal seperti kita ketahui bersama, jumlah usaha besar itu cuma besarnya hanya 0,01 persen dengan jumlah pelaku usaha 5.550 dengan total aset di atas 10 miliar. Usaha menengah besarnya adalah 0,09 persen, dengan jumlah pelaku usaha 60.702," lanjutnya.
Baca juga: Saat Jokowi dan Waketum MUI Anwar Abbas Lempar-Jawab Kritik
Anwar menilai, kesenjangan ini tak bisa dibiarkan terus terjadi. Menurut dia, kesenjangan masyarakat sangat berbahaya karena berpotensi mengganggu stabilitas dan rasa persatuan-kesatuan.
"Bila hal ini terus berlangsung, maka tentu dia akan menciptakan sesuatu yang tidak baik. Karena dia akan menimbulkan kesenjangan sosial yang dari tahun ke tahun akan semakin tajam dan tajam," kata Anwar.