Apabila itu terus berlangsung, alhasil merekalah yang selalu menjadi pemenang karena kecerdikan dan kelicikannya dalam mengendalikan corak peradaban manusia.
Kedua, dalam hal berkeyakinan, kita juga harus berpikir sebagai subjek, jangan lagi menjadi objek yang harus manut pada aturan bangsa asing dengan selalu mengatasnamakan Tuhan.
Karena pada kenyataannya, khalifah Tuhan di dunia ini adalah semua manusia. Pengooptasian kepemilikan “tuhan” seolah itu hanya milik mereka dan menempatkan bangsanya sebagai subjek, dan memosisikan bangsa kita sebagai objek dari sebuah keyakinan, sudah terlalu lama menguntungkan mereka dan sangat merugikan bangsa ini.
Mulailah berpikir sebagai subjek dalam berkeyakinan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Tidak terdogmatisasi dalam sistem berketuhanan bangsa asing, yang telah meramu hal itu dalam format dagang dan ekonomi. Cobalah kita merenung tentang jati diri sendiri, agar kita tidak lagi menjadi objek yang seolah tiada sudah dieksploitasi bangsa asing
Ketiga, semua yang terwujud dalam kehidupan ini, bahan dasarnya ada di dalam bumi. Bangsa kita dianugerahi Tuhan memiliki tanah yang kandungannya paling lengkap di seantero dunia. Segala sumber hayati, energi, mineral, logam, bahan bangunan dan senjata, semua tersedia di Indonesia.
Berdasarkan sudut pandang itu saja, mestinya kita tak alergi dengan nuklir, karena uranium terbaik di dunia ada di sini. Lagipula, nuklir telah menjadi tolok ukur kekuatan militer sebuah negara yang kuat dan berdaya tawar di Dewan Keamanan PBB.
Indonesia malah lebih pantas masuk jajaran negara kaya karena memiliki cadangan emas 2.600 ton, yang merupakan terbesar keenam di dunia.
Berdasarkan data terkini dari Kementerian ESDM medio November 2021, cadangan emas yang dimiliki Indonesia malah lebih besar dibandingkan China. Bukankah emas dijadikan patokan nilai tukar mata uang sebuah negara? Lantas kenapa rupiah tak pernah boleh menyalip dollar, poundsterling, atau dinar?
Satu lagi, Indonesia tak boleh lagi mengekspor bahan baku dan jadi negara importir beras atau daging sapi. Itu sama saja mencoreng wajah leluhur negeri bahari yang agraris ini. Toh kekayaan hayati kita melimpah ruah.
Lagipula, untuk apa kita membeli dengan harga mahal daging sapi yang seperti sandal jepit itu. Kita bisa makan daging yang lebih baik dan lezat, yang telah Tuhan siapkan di negeri kita selama ini, dan bahkan bisa menjualnya ke bangsa lain, agar kita bisa menambah sumber pendapatan negara.
Akhir kalam, dengan segala kelebihan yang telah kita miliki selama ini sebagai sebuah negara-bangsa, Indonesia perlu mendeklarasikan diri menjadi negara adidaya yang juga ditopang dengan keluhuran kebudayaannya.
Ayo mengubah persepsi berpikir untuk menjadi subjek-objek sekaligus dalam pembangunan semesta. Jangan lagi mau menjadi bulan-bulanan dari sebuah permainan yang jelas sangat merugikan segenap anak bangsa, yang kelak menghela kegemilangan masa depan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.