Sebabnya, ketika masih menjabat sebagai wali kota, ia pernah mendengar ada penyandang disbilitas tunarungu yang pernah diperkosa dan hampir tenggelam namun tidak bisa bersuara meminta tolong.
"Kalau enggak dua kali tiga kali. Itu ada anak tunarungu diperkosa. Itu yang saya sedih, kenapa saya kemarin mengajarkan (berbicara). Minimal dia bisa bilang tolong," ucapnya.
Selain itu, ia meyakini bahwa penyandang tunarungu bisa memiliki kemampuan berbicara apabila dilatih.
Baca juga: Risma Minta Anak Tuli Bicara, Orangtua: Sangat Menyakiti Hati Saya
Ia pun mencontohkan kemampuan Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia, yang juga penyandang tunarungu. Menurut Risma, ketika bertemu sekitar lima tahun lalu, Angkie masih belum lancar berbicara.
Namun saat ini, kemampuan Angkie berbicara sudah jauh berubah. Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari upaya Angkie untuk melatih diri.
"Saya ketemu lagi setelah sekian tahun dan saya bisa jadi menteri. Saya pikir mbak Angkie kok bagus ngomongnya. Ternyata dia melatih diri terus," ucap dia.
Pemerintah disarankan lakukan inovasi
Aktivis tuli, Panji Surya Putra Sahetapy menilai Mensos Risma seharusnya tidak meminta tunarungu untuk berbicara.
Menurut Surya, Risma bisa mencari cara lain atau berinovasi membuat alat khusus dalam rangka memberi pertolongan bagi penyandang disabilitas yang berada dalam situasi bahaya.
“Mungkin ibu Risma harusnya tidak mengeluarkan statement seperti itu tapi harusnya duduk bersama dengan polisi untuk mendiskusikan bagaimana caranya membuat aplikasi supaya masyarakat bisa melindungi diri dengan mudahnya,” kata Surya dalam konferensi pers virtual Koalisi Organisasi Penyandang Disabilitas Anti Audism, Jumat.
Surya mencontohkan, pemerintah bisa membuat aplikasi yang bisa membuat penyandang disabilitas dalam kondisi terdesak bisa meminta tolong tanpa harus berteriak atau bersuara.
Secara khusus, Surya lebih menekankan soal sistem terkait bantuan kepada penyandang disabilitas.
“Jadi tidak hanya fokus ke manusianya, kita harus memperbaiki orang ini agar dia bisa bersuara, itu bukan hal yang penting, kalau misalnya sistemnya baik, diberikan fasilitas yang baik, otomatis ke depannya akan jadi lebih baik juga,” jelasnya.
Baca juga: Mensos Risma Paksa Tunarungu Bicara, Pimpinan Komisi VIII: Ironis
Lebih lanjut, Surya menyampaikan, ada perbedaan antara berbicara dan berteriak. Ia mengatakan banyak cara untuk meminta tolong selain berbicara.
Menurutnya, banyak cara untuk menyelamatkan diri dan penyandang tuli bisa juga membuat suara dari benda yang ada di sekitarnya.
“Atau mungkin dengan melemparkan barang supaya membuat suara atau dengan menggebrak meja seperti atau memukul benda apapun yang didekat kita supaya menghasilkan suara,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.