Sri, kapan kowe bali
Kowe lunga ora pamit aku
Jarene neng pasar pamit tuku trasi
Nganti saiki kowe durung bali
Penggalan dari lirik lagu “Sri Wis Bali” yang ditulis dan dinyanyikan Sonny Jozs ini, jika diterjemahkan kurang lebih berarti: Sri, kapan kau kembali. Kau pergi tanpa pamit kepadaku. Katamu kau pergi ke pasar hendak beli terasi. Ternyata sampai kini kau belum kembali.
Tembang ini mengkisahkan seorang pria yang ditinggal pergi atau minggat kekasihnya.
Pria tersebut begitu nestapa dan menyesali nasib kenapa Sri sang pujaan hatinya begitu tega meninggalkannya.
Sang pria tidak mengetahui keberadaan Sri sekarang ini. Dirinya hanya bisa melampiaskan rasa kangennya dengan menyanyi: “Sri, kapan kau kembali ?"
Walau semula lagu dangdut campur sari ini mulai dikenal di kalangan masyarakat marginal di tahun 2006 silam, namun lagu yang kondang dengan nama lain “Sri Minggat” ini masih kerap dinyanyikan pengamen jalanan di kota-kota di Pulau Jawa, sopir truk, petani hingga nelayan sampai sekarang.
Bahkan tanpa dinyana oleh Sonny Jozs penciptanya, lagu “Sri Minggat” ternyata berkorelasi dengan atmosfer politik terkini, yakni kekecewaan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terhadap Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sebuah kebetulan yang memang ternyata “betul”.
Pimpinan MPR begitu masgul, murka, gelisah bahkan “rindu” untuk bisa bertemu dengan Menteri Sri.
Pimpinan MPR seperti tidak mau tahu urusan Menteri Sri yang begitu sibuk dan “puyeng” kepalanya memikirkan “cash flow” di Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang “babak belur” karena pandemi Covid-19.
Menteri Sri bukannya tidak mau hadir, toh dia sudah menugaskan wakil menteri keuangan untuk bisa berapat dengan MPR.
Namun tetap saja pimpinan MPR menganggap hanya Menteri Sri yang pantas untuk ditunggu.
Lain hari, Menteri Sri lebih memilih rapat dengan Badan Anggaran DPR atau rapat koordinasi dengan Presiden Joko Widodo ketimbang memenuhi “kerinduan” MPR.
Meteri Sri menerapkan skala prioritas. Bukan tidak menganggap penting lembaga tertinggi yang bernama MPR.
MPR merajuk sembari mengancam Menteri Sri lebih baik mundur saja. Tidak tanggung-tanggung, pimpinan MPR malah meminta sangat agar Presiden Jokowi menegor “kelakuan” anak buahnya yang bernama Menteri Sri.
Sengkarut relasi antara pimpinan MPR dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, tidak lebih dari tidak diakomodasinya permintaan anggaran yang diajukan oleh MPR.
Kasus ini pertama kali mencuat saat salah satu Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad yang mengkoordinir badan penganggaran mengeluhkan sulitnya berkoordinasi dengan Menteri Sri (Kompas.com, 2/12/2021).
Fadel kecewa kepada Menteri Sri karena telah memotong anggaran di saat pimpinan MPR bertambah dari empat orang menjadi 10 orang. Dari tahun ke tahun, anggaran MPR terus turun.
Fadel juga geram karena beberapa kali Menteri Sri mangkir memenuhi panggilan rapat dengan MPR.
Dari enam kali rapat dengan Kementerian Keuangan dalam setahunnya, Fadel mencatat hanya empat kali rapat pernah diadakan.
Menteri Sri dinilai Fadel sangat meremehkan dan menyepelekan MPR sebagai lembaga negara dengan tidak mau menghadiri undangan rapat.
Bahkan Fadel yang Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era SBY ini meminta agar Jokowi memberhentikan dan mencopot Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan karena tidak etis dan tidak cakap.