Hal itu perlu dilakukan sembari adanya evaluasi baik terkait materi, kualifikasi trainer, hingga supporting system pelaksanaan Diksar Menwa yang memang menguras fisik.
"Kenapa harus Kemendikbud Ristek yang turun tangan karena kasus jatuhnya korban nyawa dalam Diksar Menwa ini terjadi acak di berbagai kampus di Indonesia, sehingga harus ada evaluasi terpadu yang dikoordinir oleh Kemendikbud Ristek," ujar dia.
Ke depan, Huda menyarankan agar Diklatsar Menwa lebih mengedepankan kecakapan kognitif dibandingkan dengan kekuatan fisik.
Di level mahasiswa, nilai Huda, harusnya kurikulum bela negara diterjemahkan dalam penyusunan strategi bagaimana cinta tanah air harus diterapkan ke berbagai situasi dan kondisi, baik di masa damai maupun konflik.
"Kekuatan fisik sebagai Menwa ya memang harus ada, tetapi sewajarnya saja. Karena kalau toh mereka harus turun sebagi komponen cadangan bela negara mereka harusnya diterjunkan sebagai penyusun strategi bukan sebagai eksekutor di garis depan," kata dia.
Oleh karena itu, Huda meminta ada evaluasi dari Kemendikbud Ristek terhadap pelaksanaan Diksar Menwa, utamanya materi pelatihan fisik.
"Jangan sampai merengut nyawa anggotanya."
Sebelumnya diberitakan, mahasiswi D3 Fisioterapi UPN angkatan 2020 bernama Fauziah Nabila atau Lala dikabarkan meninggal saat mengikuti kegitan pembaretan Menwa di kawasan Bogor, Jawa Barat pada 25 September 2021.
Sementara itu, UPN Veteran Jakarta memastikan tidak memberi izin kegiatan pembaretan Menwa yang berujung meninggalnya Lala.
"Pembaretan yang diikuti almarhumah tidak mendapatkan izin dari pihak kampus," ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UPNVJ, Ria Maria Theresa dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (30/11/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.