Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi soal Pendanaan Transisi Energi: Kalau Enggak Ada, Tak Usah Banyak Bicara

Kompas.com - 22/11/2021, 16:31 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyinggung isu transisi energi yang menjadi bahasan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang perubahan ikim atau COP26 di Glasgow, Skotlandia, beberapa waktu lalu.

Jokowi mengatakan, COP26 tak kunjung menghasilkan skenario global tentang energi baru terbarukan. Padahal, isu transisi energi sudah dibahas dalam KTT dua tahun terakhir.

"Tahun lalu sebetulnya sudah masuk ke tema ini (transisi energi), tetapi juga belum ketemu jurusnya seperti apa, scheme-nya seperti apa," kata Jokowi dalam acara The 10th Indo EBTKE Conex yang digelar secara virtual, Senin (22/11/2021).

Baca juga: Perbedaan Energi Terbarukan dan Energi Tak Terbarukan

"Tahun ini lagi dibicarakan lagi scheme-nya juga belum ketemu. Dijanjikan 100 miliar dollar Amerika Serikat, tetapi keluarnya dari mana juga belum ketemu," tuturnya.

Jokowi mengaku tidak ingin mengulang pembahasan serupa di hadapan para pemimpin dunia dalam forum KTT G20 yang pada tahun depan akan digelar di Bali.

Ia ingin KTT G20 membahas skema dan pola pendanaan konkret terkait kebutuhan transisi energi.

"Saya tidak mau kita bicara lagi kayak dua tahun yang lalu, kayak setahun yang lalu. Saya ingin pertanyaannya ini ada kebutuhan dana sekian, caranya, scheme-nya apa yang bisa kita lakukan," ucap Jokowi.

"Kalau ada berarti bisa menyelesaikan transisi energi, kalau enggak ya kita nggak usah bicara, pusing tapi nggak ada hasilnya," lanjut dia.

Presiden mengatakan, untuk mewujudkan transisi energi ke energi baru terbarukan ada biaya besar yang harus dibayar.

Besaran biaya itu, kata Jokowi, tidak mungkin dibebankan kepada negara maupun masyarakat.

Hal inilah yang masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan hingga saat ini.

"Misalnya ini pendanaan datang, investasi datang, kan harganya (energi baru) tetap lebih mahal dari batu bara. Siapa yang bayar gap-nya ini. Ini yang belum ketemu. Negara kita? nggak mungkin. Angkanya berapa ratus triliun. Nggak mungkin. Atau dibebankan masyarakat, tarif listrik naik? Juga tidak mungkin," kata Kepala Negara.

Terkait hal ini, Jokowi meminta jajarannya mulai dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Menteri ESDM, hingga Menteri BUMN untuk melakukan kalkulasi.

Baca juga: Jokowi Minta Pertamina dan PLN Siapkan Transisi dari Energi Fosil ke Energi Hijau

Jokowi ingin mengetahui detail kenaikan dan harga yang harus dibayar untuk mewujudkan transisi energi dan mencari solusi pendanaannya.

Hitung-hitungan itu nantinya bakal Jokowi sampaikan ke para pemimpin dunia dalam forum KTT G20 di Bali.

"Karena kalau ini bisa kita transisikan, pasti ada harga yang naik, lha pas naik ini, pertanyaannya siapa yang bertanggung jawab. Pemerintah? masyarakat? atau masyarakat global? Mau mereka nombokin ini? Bukan sesuatu yang mudah," kata Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com