Sementara itu, Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak enggan menyebut bahwa pertemuan ketiga tokoh itu sebagai pembuka sinyal koalisi untuk 2024.
Dahnil menilai, pertemuan itu harus dimaknai sebagai ajang silaturahmi antar tokoh partai politik.
Menurut dia, pertemuan itu menandakan bahwa komunikasi antara PDI-P dan Gerindra tetap terjaga dengan baik.
"Politik kita terlalu banyak membaca memproduksi teks dari simbol-simbol, lalu jadi ramai. Sebenarnya ini hal yang biasa saja," kata Dahnil saat dihubungi Kompas.com, Minggu.
"Apalagi Bu Mega dan Mbak Puan, dengan Pak Prabowo komunikasinya selama ini sangat cair dan bahkan ketika berkontestasi silaturahminya tetap baik, dan itu tetap dijaga."
Lebih lanjut, Dahnil berharap pertemuan itu dimaknai sebagai bahan pembelajaran positif kepada semua pihak soal dinamika politik, antara Megawati dan Prabowo yang sempat berbeda pandangan.
"Bahwasanya, politik kita harus tetap guyub, harus tetap berkomunikasi atau tanda kutip kalau kata anak muda sekarang 'sering sering ngopi'," kata dia.
Jauh-jauh hari sebelum pertemuan itu, suara-suara koalisi antara PDI-P dan Gerindra sudah mengemuka.
Pada 27 Mei 2021, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani membuka sinyal koalisi dengan narasi bahwa Prabowo akan diusung bersama dengan PDI-P.
"Hubungan kita yang baik dengan PDI-P, saudara-saudara semua tahu. Sejak beliau belum ditetapkan Menhan sampai sekarang, baik, tidak ada masalah," kata Muzani.
"Itu jadi kemungkinan adanya peluang untuk dimungkinkannya Pak Prabowo maju bersama PDI Perjuangan," kata dia.
Baca juga: Kemesraan Mega-Prabowo Dinilai Sinyal Kuat Koalisi PDI-P Gerindra di 2024