Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Meneropong Peluang Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil di Pilpres 2024

Kompas.com - 18/11/2021, 14:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sangat bisa dipahami mengapa kemudian di pemilihan-pemilihan terdahulu sering mencuat ketakutan yang disuarakan beberapa pihak tentang kecenderung fasis atau ultranasional dari kubu Prabowo. Walaupun sebenarnya boleh jadi karakter, platform, dan ideologi Prabowo tidaklah demikian.

Anies Baswedan pun sama. Kemenangan Anies di Pilkada Jakarta tak jarang dikaitkan orang dengan Gerakan 212 dan Islam Politik yang sedikit lebih garang ketimbang politik Islam pada umumnya.

Entah hanya sekadar memanfaatkan momen atau memang ikut terlibat di dalamnya, citra Anies atas sepak terjang Islam garis keras tersebut masih melekat sampai hari ini dan masih disebut-sebut oleh para pendukung lawan politik Anies di ruang publik.

Ini yang berpeluang meningkatkan angka antipati pemilih pada Anies di pemilihan 2024 nanti.

Sementara Ganjar Pranowo, berada pada posisi yang serba moderat. Ganjar adalah kader PDIP, tapi bukan trah Soekarno. Persis seperti Jokowi, bukan trah Soekarno.

Posisi tersebut membuat Ganjar lebih berpeluang diterima dengan mudah oleh kelompok-kelompok lain di luar pengikut Soekarnois.

Dengan kata lain, merahnya ideologi Ganjar merupakan merah pelengkap warna putih, yang mudah dijahit menjadi bendera merah putih.

Sementara, sebagian kelompok merah, baik di PDIP maupun di luar PDIP, cenderung sangat antipati kepada "putih", bahkan cenderung sangat "hostile" kepada "putih", sehingga sulit dijahit menjadi merah putih, yang menjadi dua warna tak terpisahkan dari Indonesia.

Rekam jejak Ganjar menunjukkan itu dengan jelas bahwa Ganjar sebagai tokoh politik maupun sebagai gubernur belum pernah memperlihatkan tendensi ekstrem yang membuatnya sulit diterima oleh kalangan tertentu

Ganjar dan Puan Maharani

Ganjar terlihat sangat pas di saat melekat dengan pakaian adat daerahnya. Ganjar pun terlihat sangat alim di saat berbalut baju koko. Dan tak lupa, terlihat sangat nasionalis di saat berpakaian dinas gubernur atau berpakaian resmi kenegaraan.

Kondisi ini berbeda dengan beberapa tokoh lain yang justru dicibir oleh publik di saat menggunakan pernak-pernik yang bukan bagian dari platform politiknya.

Sebut saja misalnya Puan Maharani saat berpakaian muslim, misalnya. Jika gambar tersebut muncul di platform media sosial, hampir pasti dikomentari secara dikotomis oleh netizen alias tidak diterima secara padu.

Atau foto terakhir beberapa waktu lalau saat Puan Maharani ikut menanam padi di sawah. Tidak saja netizen yang pro-kontra, politisi pun ikut memberi komentar sinis.

Kondisinya akan sangat berbeda di saat Ganjar di posisi yang sama. Karena bagaimanapun, bagi pemilih yang terbiasa melihat atau menonton postingan-postingan pribadi Ganjar, fenomena semacam itu sudah menjadi keseharian Ganjar Pranowo sebagai seorang gubernur.

Bertemu langsung dengan masyarakat, bercengkrama dengan masyarakat, berkunjung ke rumah masyarakat, dan berbagai bentuk sentuhan langsung lainnya, rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari Ganjar, yang nyaris sulit ditanggapi secara sinis oleh publik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bertemu Menlu Wang Yi, Jokowi Dorong China Ikut Bangun Transportasi di IKN

Bertemu Menlu Wang Yi, Jokowi Dorong China Ikut Bangun Transportasi di IKN

Nasional
Indonesia-China Sepakat Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Indonesia-China Sepakat Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
Setelah Bertemu Jokowi, Menlu China Wang Yi Akan Temui Prabowo

Setelah Bertemu Jokowi, Menlu China Wang Yi Akan Temui Prabowo

Nasional
Kasus Pengemudi Fortuner Pakai Pelat TNI Palsu: Pelaku Ditangkap, Dilaporkan ke Puspom dan Bareskrim

Kasus Pengemudi Fortuner Pakai Pelat TNI Palsu: Pelaku Ditangkap, Dilaporkan ke Puspom dan Bareskrim

Nasional
Saat Eks Ajudan SYL Bongkar Pemberian Uang dalam Tas ke Firli Bahuri

Saat Eks Ajudan SYL Bongkar Pemberian Uang dalam Tas ke Firli Bahuri

Nasional
Menlu Retno Bertemu Menlu Wang Yi, Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Situasi Timur Tengah

Menlu Retno Bertemu Menlu Wang Yi, Bahas Kerja Sama Ekonomi dan Situasi Timur Tengah

Nasional
Soroti Kasus 'Ferienjob', Dirjen HAM Sebut Mahasiswa yang Akan Kerja Perlu Tahu Bahaya TPPO

Soroti Kasus "Ferienjob", Dirjen HAM Sebut Mahasiswa yang Akan Kerja Perlu Tahu Bahaya TPPO

Nasional
Mengkaji Arah Putusan MK dalam Sengketa Pilpres 2024

Mengkaji Arah Putusan MK dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Densus 88 Tangkap 7 Terduga Teroris Jaringan Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Densus 88 Tangkap 7 Terduga Teroris Jaringan Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Nasional
Mantan PM Inggris Tony Blair Temui Jokowi di Istana

Mantan PM Inggris Tony Blair Temui Jokowi di Istana

Nasional
Pendukung Akan Aksi di MK, TKN: Turun ke Jalan Bukan Gaya Prabowo Banget, tetapi Keadaan Memaksa

Pendukung Akan Aksi di MK, TKN: Turun ke Jalan Bukan Gaya Prabowo Banget, tetapi Keadaan Memaksa

Nasional
Menlu China Wang Yi Datang ke Istana untuk Temui Jokowi

Menlu China Wang Yi Datang ke Istana untuk Temui Jokowi

Nasional
Suami Zaskia Gotik, Sirajudin Machmud Jadi Saksi Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Suami Zaskia Gotik, Sirajudin Machmud Jadi Saksi Sidang Kasus Gereja Kingmi Mile 32

Nasional
Banjir Dubai, Kemenlu Sebut Tak Ada WNI Jadi Korban

Banjir Dubai, Kemenlu Sebut Tak Ada WNI Jadi Korban

Nasional
Jokowi Ungkap Indikasi Pencucian Uang Lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Jokowi Ungkap Indikasi Pencucian Uang Lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com