Ketidakmauan mengenal dan memahami agama lain juga menjadi 'penyakit' ikutan yang efeknya serius.
Bagaimana mungkin mengukur kebenaran agama orang lain dengan ukuran kebenaran agama kita. Jika itu yang selalu kita lakukan, pasti makin memperuncing perbedaan.
Semua agama jelas berbeda keyakinan dan ritual agamanya. Kita tidak berhak menyalahkan keyakinan dan ritual agama orang lain, sebagaimana orang lain juga tidak pantas mencampuri urusan keyakinan dan ritual agama kita.
Maka, jika kita mau menghargai dan menghormati keyakinan orang lain, maka mereka akan menghargai dan menghormati agama kita.
Debat teologis untuk mencari yang benar—dengan perspektif ilmu perbandingan agama—mungkin saja dilakukan, tetapi harus dalam ruang khusus dan dilakukan oleh para teolog.
Kajian teologis-filosofis-komparatif membutuhkan modal ilmu (ilmu agama kita dan ilmu agama orang lain) yang cukup untuk memasuki wilayah tersebut.
Namun demikian, relasi antaragama di Indonesia sudah cukup baik: rukun dan damai. Tapi bukan berarti tanpa masalah.
Sesekali ada kompetisi, kontestasi, dan tensi yang dinamis. Adanya ‘masalah’ dalam relasi ini, tidak selalu berdampak negatif.
Berlomba-lomba menjadi umat terbaik merupakan sisi positif yang perlu dipahami dan dikelola sehingga perbedaan membawa berkah bukan sebaliknya.
Pertemuan-pertemuan lintas agama yang digelar di semua level, menunjukkan adanya dinamika baik yang muncul di permukaan maupun yang dipendam. Soal pendirian tempat ibadah merupakan salah satu masalah yang muncul di permukaan.
Soal ini berpotensi menggangu kerukunan. Sifatnya kasuistik, yakni tidak semua kelompok minoritas merasa sulit atau dipersulit oleh kelompok lain untuk mendirikan tempat ibadah.
Masalah lain yang jarang diungkap dan didialogkan secara jujur adalah problem konversi agama.
Semua agama khawatir adanya islamisasi, kristenisasi atau berbagai proses kegiatan penyebaran suatu agama di suatu daerah.
Kerapkali muncul pemahaman sempit sampai pada kesimpulan agama lain adalah ancaman bagi agama yang bersangkutan.
Semua umat beragama sangat serius menanggapi isu ini. Bahkan konversi agama telah dijadikan sebagai perspektif dalam melihat umat dan kegiatan agama orang lain.