Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Perlukah Reshuffle Kabinet Pasca-pergantian Panglima TNI?

Kompas.com - 09/11/2021, 12:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penarikan sampel menggunakan multistage random sampling. Survei ini memliki margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (Kompas.com, 25/08/2021).

Baca juga: Survei Indikator: Tingkat Kepuasan terhadap Kinerja Jokowi 59,3 Persen, terhadap Maruf di Bawah 50 Persen

Benturan kepentingan bisnis di kabinet Jokowi

Jika reshuffle kabinet harus ditempuh presiden, hendaknya perombakkan kabinet memang didasarkan kepada peningkatan kerja untuk menuntaskan program-program pembangunan yang digagas Jokowi.

Reshuffle bukan untuk bagi-bagi kue kekuasaan. Seusai Jokowi lengser, tidak boleh ada proyek yang mangkrak apalagi bermasalah. Jokowi harus meninggalkan legacy yang terhormat.

Ibarat orkestra, alunan beberapa alat musik yang dimainkan pemain terlihat sumbang. Demikian juga yang muncul di media dan dirasakan publik.

Saya yang bekerja di sektor swasta dan usaha mandiri yang mengandalkan transportasi udara, begitu menderita dengan segala aturan tetek bengek persyaratan perjalanan selama pandemi.

Mulai dari rapid test dengan model tusuk jarum di jari dan suntik di lengan, lalu berganti swab antigen di hidung, kemudian PCR untuk kebutuhan pelengkap dokumen perjalanan.

Selain tidak berharga murah, aturan itu juga membingungkan karena selalu berubah-ubah. GeNose yang merupakan temuan para peneliti Universitas Gajah Mada dan berbiaya murah justru tidak mendapat dukungan.

Terkait tes-tes itu, publik terperangah usai majalah Tempo Edisi 1-7 November 2021 menurunkan laporan utama tentang Para Penikmat Cuan PCR.

Ternyata beberapa menteri di kabinet Jokowi terkait dalam bisnis uji laboratorium pendeteksi Covid. Para menteri yang terlibat sudah membantah kalau mereka mengambil keuntungan dari bisnis ini. Mereka mengklarifikasi, keterlibatan mereka hanyalah bentuk kepedulian terhadap penanganan pandemi sekaligus merupakan aksi sosial.

Di luar masalah bisnis PCR, ada juga menteri yang memiliki syahwat politik tinggi jelang Pilpres 2024.  Hampir semua anjungan tunai mandiri menampilkan wajah sang menteri. Apa tidak ada cara yang elegan?

Kasus lain adalah soal sepak terjang Kepala Staf Kepresidenan yang mengintervensi rumah tangga partai lain. Sungguh tak elok karena ia  merepresentasikan wajah Istana.

Presiden juga dipermalukan oleh ulah para pembantunya ketika konsep pembangunan kereta cepat Jakarta–Bandung awal mula digagas.

Dari semula tidak menggunakan skema pembiayaan APBN kini ternyata menggunakan dana APBN. Jokowi terjebak pada dua pilihan: jika tidak dilanjutkan akan menjadi monumen pembangunan yang berpotensi mangkrak, sementara jika diteruskan akan menjilat ludah sendiri soal penggunaan dana APBN. 

Sekali lagi, perlu tidaknya reshuffle adalah ranah prerogatif presiden. Kalau pun Jokowi berani berbenah membersihkan kabinetnya maka pasca-penggantian Panglima TNI menjadi momentum yang tepat.

Jika diibaratkan permainan sepakbola, begitu banyak pemain yang berkualitas hanya duduk di bangku pemain cadangan.

Sementara, pemain inti asyik berkutat sendiri di lapangan tanpa skema penyerangan dan pertahanan yang jelas. Ini berpotensi membuat kesebelasan kalah di pertandingan.

Saatnya coach Jokowi melakukan penggantian pemain. Cukup sudah dan istirahatkan pemain yang tidak bisa berlari apalagi tidak bisa menerima arahan pelatih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

PSI Daftarkan 10 Sengketa Pileg ke MK, Anwar Usman Dilarang Mengadili

Nasional
Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Golkar Lebih Ingin Ridwan Kamil Maju Pilkada Jabar

Nasional
Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com